REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan ketua umum Partai Demokrat, Subur Budhisantoso dikabarkan dijemput staf Badan Intelejen Negara, Jumat (18/10). Subur dijemput beberapa jam sebelum ia menghadiri diskusi di Perhimpunan Pergerakan Indonesia.
Rekan pembicara Subur, pengamat politik UI Chusnul Mar'iyah, membenarkan situasi ini. Chusnul memaparkan, dialog itu sedianya menghadirkan tiga pembicara. Dirinya, Subur, dan Bambang Soesatyo. Dialog bertemakan dinasti politik dan meritoraksi. Namun sampai jelang dialog, Jumat siang, hanya dirinya yang muncul.
Kabar yang beredar di lokasi dialog adalah Bambang Soesatyo berhalangan hadir, sementara Subur dijemput staf BIN, Jumat pagi. "Kata panitia, Kepala BIN ingin berbicara dengan Pak Subur," kata Chusnul, Sabtu (19/10).
Ia mengaku heran dengan 'penjemputan' itu. "Ngapain Pak Subur ke Pejaten Kalibata (kantor BIN). Biasanya kalau mau ketemu (kepala BIN) kan tidak langsung dibawa," ujarnya lagi.
Bagaimana nasib Subur selanjutnya? Chusnul menjawab tidak tahu, karena tidak berkomunikasi lebih lanjut. Apa materi yang akan dibawakan Subur di acara itu? Chusnul juga mengatakan tidak tahu. "Coba tanya ke panitia," ujarnya. Akhirnya Chusnul menjadi satu-satunya pembicara dalam dialog tersebut.
Ia membawakan materi dinasti politik dalam demokrasi di Indonesia, terutama soal rekrutmen politik. Menurut Chusnul, amanat reformasi adalah memberantas korupsi kolusi dan nepotisme.
"Tapi yang sekarang dijalankan hanya pemberantasan korupsi saja. Pemberantasan kolusi dan nepotismenya tidak."