Senin 21 Oct 2013 17:13 WIB

Tridianto: Demokrat Lebih Pantas Dibubarkan daripada PPI

Rep: M Akbar Wijaya/ Red: Dewi Mardiani
 Pengurus Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI) Muhammad Rahmad (kiri) berbicara saat mengelar konfrensi pers di Jakarta, Ahad (20/10). (Republika/ Tahta Aidilla)
Pengurus Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI) Muhammad Rahmad (kiri) berbicara saat mengelar konfrensi pers di Jakarta, Ahad (20/10). (Republika/ Tahta Aidilla)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru bicara pusat Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI), Tridianto bereaksi keras dengan pernyataan Wakil Ketua Umum Demokrat, Nurhayati Ali Assegaf, yang meminta pemerintah membubarkan Ormas PPI. Menurut Tridianto, Partai Demokrat lebih pantas dibubarkan daripada PPI.

“Justru yang harus dibubarkan Partai Demokrat bukan PPI,” kata Tridianto ketika dihubungi Republika, Senin (21/10). Tridianto mengemukankan alasan mendasar mengapa Demokrat lebih pantas dibubarkan.

Menurutnya Demokrat sebagai partai politik sudah layak dibubarkan karena banyak pengurusnya yang terlibat kasus korupsi. Dia yakin kalau KPK mau serius mengusut maka tak kurang dari 70 persen kader Demokrat di DPR bakal dipenjara. “Jelas sekali Demokrat sarang koruptor. Apalagi kalau KPK benar-benar mengusut saya jamin 70 persen anggotanya kena,” ujarnya.

Mantan Ketua DPC Demokrat Cilacap ini menyatakan, tidak ada alasan bagi Nurhayati meminta pemerintah membubarkan PPI. Menurutnya kegiatan-kegiatan yang dilakukan PPI tidak pernah bertujuan mendiskreditkan apalagi menyerang pemerintah maupun SBY.

Dia menjelaskan agenda diskusi mingguan yang rutin dilakukan PPI lebih mengarah pada pendidikan politik ke masyarakat atas berbagai isu yang sedang aktual. “Apa yang diutarakan Nurhayati tidak cerdas,” katanya.

Tridianto menilai pernyataan Nurhayati sebagai wujud kepanikan Demokrat terhadap perkembangan PPI. Hal ini karena, menurutnya, simpatisan dan anggota PPI terus bertambah dari waktu ke waktu. “Demokrat ketakutan dengan adanya ormas (PPI) yang simpatisannya semakin banyak,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement