REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Psikologi Politik Universitas Indonesia Hamdi Muluk mengatakan, saat ini sulit bagi parpol-parpol Islam untuk mendongkrak elektabilitasnya.
Kalaupun mereka ingin mencapreskan tokoh tertentu untuk menaikkan elektabilitasnya, itu juga tergantung tokoh yang akan diusung tingkat elektabilitasnya tinggi atau tidak.
"Saat ini tak ada figur capres kuat dari parpol Islam. Dari nama-nama figur yang digadang-gadang untuk menjadi capres, semua masih di bawah Jokowi dan Prabowo," kata Hamdi, Kamis, (7/11).
Kalaupun parpol Islam mengusung Hatta Rajasa, kata Hamdi, ia kurang bisa menaikkan elektabilitas karena bukan figur yang kuat. PKB sempat terdengar ingin mencapreskan Mahfud MD, namun ia juga bukan figur yang kuat untuk mendongkrak elektabilitas.
"Kemarin sempat ada keinginan dari PKB untuk mengusung Jusuf Kalla (JK) menjadi capres. Namun meski JK memiliki elektabilitas, tapi masih kalah jauh dibandingkan Jokowi dan Prabowo," ujar Hamdi.
Agar parpol Islam naik elektabilitasnya, terang Hamdi, maka parpol Islam harus mencari capres yang memiliki elektabilitas kuat, setidaknya seperti Jokowi. Namun faktanya saat ini tidak ada capres sekuat dia.
Saat ini, kata Hamdi, elektabilitas parpol secara keseluruhan masih tergantung dengan figur yang diusung. Dulu Demokrat figur SBY kuat, makanya mereka menang dalam Pemilu 2004 dan 2009.
Namun, ujar Hamdi, begitu figur SBY menurun, maka elektabilitas Demokrat juga turun. Pemilih di Indonesia masih sangat tergantung figur yang diusung, bukan ideologi partai.