Kamis 14 Nov 2013 17:31 WIB

'Pemimpin Harus Berani Ambil Risiko'

Ali Masykur Musa
Foto: Prayogi/Republika
Ali Masykur Musa

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Arys Hilman

MEDAN -- Indonesia memiliki segudang masalah hukum, ekonomi, dan intoleransi. Untuk menghadapinya, perlu sosok pemimpin yang negarawan, pluralis, dan berani mengambil risiko.

''Pemimpin masa depan diharapkan mampu fokus pada tugasnya melayani kepentingan rakyat, bukan yang lain,'' kata Ketua Umum Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU), Ali Masykur Musa, dalam dialog kebangsaan bertema “Dari Kampus Mencari Pemimpin Bangsa” di Universitas Sumatera Utara Medan, Kamis (14/11).

Ali menegaskan, syarat utama untuk menjadi pemimpin adalah perpaduan aspek kapasitas dan integritas, bukan semata populer atau pintar dan bergelar panjang.

“Pemimpin ke depan adalah seorang negarawan,'' katanya.

Pemimpin seperti itu mampu menjadi role model bagi masyarakat melalui kredibilitas dan integritas yang ia bangun. ''Wawasan kebangsaan dan komitmen multikulturalisme yang tinggi adalah salah satu poin penting,” tegas Cak Ali, panggilan akrabnya.

Ali meyakini, seorang pemimpin yang mampu merangkul semua golongan akan bertindak adil dalam menyebarluaskan pemerataan pembangunan dan mampu memberikan  fasilitas/kemudahan untuk seluruh rakyat tanpa pandang golongan.

''Tantangan Indonesia ke depan bukan hanya meningkatkan pendapatan negara, tetapi secara adil mampu meratakan pembangunan,'' jelas anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) ini.

Untuk itu, Cak Ali mengimbau kepada masyarakat yang sudah menjadi pemilih dalam Pemilu 2014, terutama kaum muda, untuk lebih jeli dalam mengenal figur pemimpinnya.

''Kita harus mencari pemimpin yang peduli dengan budaya dan martabat bangsa Indonesia,'' kata calon presiden Konvensi Partai Demokrat ini.  Kuncinya adalah pemimpin pluralis yang mampu menyajikan keadilan dan kemakmuran.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
۞ وَلَقَدْ اَخَذَ اللّٰهُ مِيْثَاقَ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَۚ وَبَعَثْنَا مِنْهُمُ اثْنَيْ عَشَرَ نَقِيْبًاۗ وَقَالَ اللّٰهُ اِنِّيْ مَعَكُمْ ۗ لَىِٕنْ اَقَمْتُمُ الصَّلٰوةَ وَاٰتَيْتُمُ الزَّكٰوةَ وَاٰمَنْتُمْ بِرُسُلِيْ وَعَزَّرْتُمُوْهُمْ وَاَقْرَضْتُمُ اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا لَّاُكَفِّرَنَّ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَلَاُدْخِلَنَّكُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُۚ فَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذٰلِكَ مِنْكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاۤءَ السَّبِيْلِ
Dan sungguh, Allah telah mengambil perjanjian dari Bani Israil dan Kami telah mengangkat dua belas orang pemimpin di antara mereka. Dan Allah berfirman, “Aku bersamamu.” Sungguh, jika kamu melaksanakan salat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, pasti akan Aku hapus kesalahan-kesalahanmu, dan pasti akan Aku masukkan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Tetapi barangsiapa kafir di antaramu setelah itu, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus.”

(QS. Al-Ma'idah ayat 12)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement