REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Suriah merajuk ke PBB. Ngambek-nya Suriah menyusul meningkatnya serangan mortir gerilyawan terhadap sejumlah kota besar di negeri tersebut.
Karenanya, Kementerian Luar Negeri Suriah menuntut pertanggungjawaban negarap-negara yang mendukung gerilyawan bersenjata.
Kemenlu Suriah mengeluh lewat surat yang ditujukan kepada Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon dan presiden Dewan Keamanan.
"Bom mortir yang secara membabi-buta diluncurkan ke berbagai kota besar Suriah, telah menjadi salah satu metode pilihan bagi kelompok teror untuk membunuh warga sipil yang tak berdosa, terutama di Kota Damaskus, yang terbukti berada dalam jangkauan kelompok semacam itu," kata Kemenlu Suriah seperti dinukil dari Xinhua.
"Anak-anak dan sekolah mereka menanggung beban dari aksi membabi-buta ini. Kementerian Pendidikan telah menghentikan kegiatan belajar-mengajar selama tiga hari, mulai 13 November di sejumlah sekolah sasaran untuk melindungi anak-anak dari jaringan teror, yang memiliki dampak negatif pada proses pendidikan."
Kemenlu juga mendesak masyarakat internasional membantu mereka. Caranya sederhana, yakni dengan mengutuk keras kelompok gerilyawan dan negara yang mendukung mereka. "Dan bertindak guna menguras sumber dana para peneror."
Kantor berita resmi Suriah, SANA, melaporkan lima orang tewas pada Kamis akibat beberapa serangan mortir terhadap Ibu Kota Suriah, Damaskus, dan Kota Homs di bagian tengah negeri itu.