REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kegiatan yang diadakan untuk menekan aksi tawuran yang sering terjadi di Johar Baru, Jakarta Pusat dinilai perlu melibatkan para aktor utama tawuran.
Pengamat Perkotaan dari Universitas Trisakti Yayat Supriatna, mengatakan, perlu melakukan pendekatan dengan tokoh-tokoh utama tawuran.
"Ini merupakan proses awal artinya walaupun ada festival tapi ini masih secara formal. Harus dilakukan lagi pendekatan-pendekatan dengan aktor utama yang menjadi biang masalah," kata Yayat, Senin (18/11).
Menurut dia, saat ini para tokoh utama tawuran tersebut masih belum terlibat dalam berbagai kegiatan. Sehingga, mereka membutuhkan kegiatan untuk mengisi waktu luang yang ada.
Selain itu, Yayat mengatakan beberapa aktor penggerak konflik antar warga di Johar Baru juga masih perlu didalami. "Selama ini tokoh-tokoh itu bermain di belakang, perlu pendekatan-pendekatan yang lebih dalam lagi," katanya menjelaskan.
Tawuran antar warga tersebut, ia melanjutkan, juga dipicu padatnya penduduk di lingkungan Johar Baru. Sehingga, penataan lingkungan perlu dilakukan. Lantaran, padatnya penduduk di lingkungan tersebut dapat dengan mudah menimbulkan gesekan-gesekan antar warga.
"Karena ruang yang sempit itu menyebabkan orang tertekan, tereliminasi, tidak punya ruang untuk menyampaikan unek-unek. Akibatnya ketersinggungan antar warga mudah terjadi," katanya.
Banyaknya angka pengangguran juga dinilai menjadi salah satu pemicu pergesekan dan tawuran antar warga. Menurut dia, warga yang terlalu lama mengganggur lebih mudah tersinggung.
Untuk mengurangi seringnya tawuran yang terjadi, ia menyarankan agar pemerintah memberikan pelatihan kerja kepada warganya. Sehingga, warga di Johar Baru dapat menjadi lebih kreatif dan mempunyai kegiatan yang produktif selain tawuran.
"Mereka harus dibuat sibuk, warga yang menganggur itu harus dibina agar kreatif dan kegiatan-kegiatan itu harus digerakkan," kata Yayat.
Menurut dia, Festival Johar Baru yang baru saja digelar kemarin tidak bisa dikatakan gagal. Lantaran masih dibutuhkan proses pengenalan dan interaksi antar kelompok komunitas. Pendekatan-pendekatan itu, lanjutnya, dapat dilakukan secara represif kepada para pelaku utama.
Sementara itu, Kapolres Jakarta Pusat Kombes AR Yoyol, mengatakan saat ini pihaknya telah mengamankan 11 orang terkait dengan tawuran yang terjadi di Johar Baru dini hari tadi. "Barang bukti yang diamankan yakni senjata tajam, botol minuman, batu, petasan," katanya.
Menurut dia, terjadinya tawuran dipicu oleh adanya ledekan antar pelaku. Akibatnya, tawuran yang dilakukan oleh ratusan pelaku itu tak terelakkan dan menyebabkan sebuah rumah terbakar. "Mereka dijerat pasal 170 dengan ancaman hukuman diatas lima tahun," kata Yoyol menambahkan.
Ia menambahkan, pihaknya saat ini hanya dapat berjaga di beberapa titik di Johar Baru untuk mengantisipasi adanya tawuran kembali.