REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Memasuki musim penghujan, potensi pergeseran tanah mengancam sejumlah wilayah di Kabupaten Purwakarta. Bahkan, sejumlah warga sudah mulai cemas kejadian itu akan terulang kembali.
Dengan kondisi seperti itu, Pemkab Purwakarta saat ini tengah mengawasi daerah yang rawan terjadinya pergeseran tanah.
Wahyudin (35 tahun), warga Desa Pamoyanan, Kecamatan Plered, mengaku, setiap musim penghujan warga di desanya terus dihantui ketakutan. Terutama, takut terjadi pergeseran tanah seperti tiga tahun yang lalu. "Makanya, setiap hujan turun kami selalu waspada," ujarnya, Selasa (19/11).
Wahyudin menyebutkan, tiga tahun yang lalu, sedikitnya ada 95 rumah rusak akibat terjadinya pergeseran tanah. Bahkan, 60 rumah di antaranya dalam kondisi rusak parah. Puluhan rumah warga itu, ada di Kampung Cikidang, Cisalada, Pasir Peuteuy, Cipariuk, serta Cibarengkok.
Kejadian pergeseran tanah itu, lanjut Wahyudin, diawali guyuran hujan secara terus menerus di wilayah-wilayah tersebut. Saat ini, kondisinya hampir serupa. Setiap sore, wilayah Panyindangan selalu diguyur hujan dengan lebat. Bila sudah begitu, tanah-tanah yang atasnya ada bangunan warga, mengalami pergeseran.
Sehingga, mengakibatkan kerusakan pada rumah warga. Rumah warga ada yang retak-retak. Bahkan, ambruk nyaris rata dengan tanah akibat pergeseran tersebut. Dengan kondisi seperti itu, lanjut Wahyudin, setiap hujan warga di desa ini, selalu waspada. "Kami takut, bila hujan rumah kami ambruk akibat pergeseran tanah," ujarnya.