REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia membutuhkan pemimpin nasional dengan tiga syarat utama, yaitu karakter yang bertumpu pada integritas, kemampuan atau kompetensi, dan tingkat keterpilihan.
"Melalui Konvensi Rakyat diharapkan bisa menampilkan tokoh-tokoh yang punya konsep dan kemampuan mengatasi berbagai masalah bangsa," ujar Ketua Komite Konvensi Rakyat Salahuddin Wahid (Gus Sholah) dalam keterangan persnya di Jakarta, Kamis.
Menurut pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang, Jatim itu, untuk mengetahui karakter atau integritas, bisa dilihat pada rekam jejak si tokoh, namun masyarakat menjadi cepat lupa terhadap rekam jejak seorang tokoh. Yang pernah mendapat hukuman pidana, mendapat kembali hak untuk dipilih lima tahun setelah selesai menjalani hukuman.
"Sedangkan untuk mengetahui kemampuan seseorang atau apa yang akan dilakukannya kalau terpilih menjadi pemimpin, biasanya si tokoh mensosialisasikan visi dan misinya. Dari sini kita bisa mengetahui pemahaman si calon terhadap berbagai masalah yang ada. Konvensi Rakyat berusaha menggali visi, misi, konsep, dan kemampuan calon presiden dalam memimpin Indonesia ke depan," ujarnya.
Tokoh yang akrab disapa Gus Solah ini berpendapat, ada sejumlah masalah utama yang membelit bangsa Indonesia. Di antaranya, penegakan hukum dengan titik berat pemberantasan korupsi, perbaikan birokrasi pemerintah, dan kebijakan ekonomi yang memperhatikan pemerataan dan prorakyat.
"Problem utama lainnya adalah terpenuhinya hak dasar rakyat Indonesia, seperti ketersediaan dan keterjangkauan bahan makanan, hak belajar, hak atas pelayanan kesehatan, dan hak atas pekerjaan yang layak. " katanya .
"Komite Konvensi Rakyat beranggapan politik terlalu penting untuk hanya diserahkan kepada partai politik dan para politisi saja. Oleh karenanya kita semua mesti peduli terhadap pemilihan umum, jangan golput atau tidak mau mencoblos dalam pemilu mendatang," tegas Gus Solah.