Rabu 04 Dec 2013 18:00 WIB

Muslimah Oregon Kesulitan Hadapi Serangan Islamofobia

Muslimah AS
Foto: Youtube
Muslimah AS

REPUBLIKA.CO.ID,  OREGON -- Dua mahasiswi Muslim University of Oregon tengah memperjuangkan haknya guna mendirikan organisasi khusus Muslimah di kampus tersebut. Ini dilakukan dengan harapan akan membantu usaha mempromosikan ajaran Islam yang telah dirintis sebelumnya.

"Ini tanggung jawab kita, mahasiswi Muslim untuk menciptakan persatuan umat," kata Fahmo Mohammed, mahasiswa jurnalitik, kepada emerald, Rabu (4/12). Menurut Mohammed, posisi mahasiswi Muslim saat ini tergolong minoritas.  Ini artinya, perlu ada wadah representatif guna memperjuangkan haknya. 

"Perlu ada perubahan," ucapnya.

Saat ini, Mohammed bersama Sabeen Waqar, banyak dibantu Asosiasi University of Oregon (ASUO). Nantinya, apabila disetujui, nama organisasi tersebut adalah Asosiasi Mahasiswa Muslim Perempuan (WMSA). "Insya Allah, bila tak ada halangan akhir tahun ini sudah terbentuk," kata dia.

Mohammed mengatakan organisasi ini akan memberikan kesempatan kepada Muslimah bersosialisasi. "Perempuan perlu mengungkap identitas mereka. Ini termasuk adanya kegiatan sosial," ucapnya.

Sebelumnya, Mohammed dan Waqar telah berkomunikasi dengan Asosiasi Mahasiswa Muslim (MSA) soal masalah ini. Sikap MSA ini intinya mendukung. "Saya sangat mendukung," ungkap Abdulrahman Aljaafari, anggota MSA. Abdurahman berjanji MSA akan membantu perjuangan pembentukan WMS.

Misi

Ide membentuk WMSA memang sudah lama menjadi pembahasan mahasiswi Muslim. Saat itu, mereka tidak memiliki wadah guna meluruskan kesalahpahaman tentang Islam. "Pertama kali memasuki dunia kampus, ada masalah di mana mahasiswi Muslimah tidak terlibat dalam MSA, padahal mereka butuh wadah untuk menyuarakan pendapatnya," ucap Mohammed.

Abdurahman menilai penting untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswi Muslim untuk aktif dalam organisasi. Ini karena, budaya Amerika dan Islam pada dasarnya tidak mempermasalahkan posisi laki-laki dan perempuan dalam interaksi sosial.

"Perlu kehati-hatian dalam masalah ini," kata dia. Abdurahman mengatakan Islam merupakan agama yang tidak membeda-bedakan individu hanya berdasarkan jenis kelamin.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement