Sabtu 07 Dec 2013 09:21 WIB

Ratusan Orang Tewas di Afrika Tengah

Kelompok organisasi rakyat adi Republik Afrika Tengah berunjuk rasa di Bangui, meminta Prancis mengatasi pemberontakan di sana.
Foto: reuters.com
Kelompok organisasi rakyat adi Republik Afrika Tengah berunjuk rasa di Bangui, meminta Prancis mengatasi pemberontakan di sana.

REPUBLIKA.CO.ID, BANGUI -- Sedikitnya 300 orang tewas dalam kekerasan di Republik Afrika Tengah sejak Kamis (5/12), kata pejabat Palang Merah kepada AFP. Palang Merah memiliki jumlah sementara 281 dari penghitungan mayat di kamar-kamar mayat dan di jalan-jalan, kata pejabat itu.

Dia menambahkan bahwa para petugas medis tidak mampu menjangkau seluruh wilayah yang terkena sasaran kekerasan di mana saksi mengatakan ada beberapa mayat lainnya yang belum diambil.

Prancis Jumat mengerahkan hampir 1.000 tentara untuk membantu memulihkan keamanan yang tengah mendidih di Republik Afrika Tengah pada saat warga mengungsi dari bentrokan sektarian yang Palang Merah katakan telah menewaskan sedikitnya 300 orang.

Menurut laporan AFP yang dikutip Sabtu (7/12), tentara Prancis berpatroli di jalan-jalan ibu kota Bangui dengan kendaraan-kendaraan lapis baja dalam upaya untuk memadamkan ketegangan di bekas koloninya di mana PBB telah mengamanatkan pasukan penjaga perdamaian hingga 1.200 orang.

Bentrokan kekerasan dan pembantaian sejak Kamis telah menewaskan setidaknya 300 orang, kata seorang pejabat Palang Merah. Sementara itu, badan amal medis Doctors Without Borders (MSF) mengatakan 92 orang tewas dan 155 orang lainnya terluka telah terdaftar di salah satu rumah sakit di Bangui. Sementara wartawan AFP di kota itu menghitung 80 mayat di sebuah masjid dan jalan-jalan sekitarnya.

Dalam upaya untuk mencari perlindungan dari pertempuran di lingkungan mereka, ribuan warga telah berkumpul di sekitar bandara Bangui dimana kedua tentara Prancis dan pasukan Afrika berpangkalan. Wilayah yang sama adalah tempat bentrokan pada subuh Kamis antara orang-orang bersenjata dan pasukan Prancis di mana beberapa pejuang Afrika Tengah tewas, menurut tentara Prancis.

Republik Afrika Tengah mengalami kekacauan karena beragam koalisi pejuang yang dikenal sebagai Seleka menggulingkan pemerintah pada Maret dan melantik pemimpin mereka sendiri, Michel Djotodia, sebagai presiden.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement