REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Syuro Partai Bulan Bintang (PBB), Yusril Ihza Mahendra mengaku enggan bersikap apriori (tidak peduli) pada pemerintahan Orde Baru.
"Saya tidak mau apriori pada Orde Baru. Kita ambil saja yang baik, dan buang yang jelek," kata Yusril pada acara 'Debat Kandidat Calon Presiden' di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Jakarta, Jumat (13/12) petang.
Yusril berpendapat, dalam politik harus ada kesinambungan, sehingga tidak perlu merombak habis apa yang sudah diwariskan pemerintahan sebelumnya.
"Pada saat perubahan ada di depan kita, maka selalu ada keharusan-keharusan yang lalu seolah-olah memaksa kita untuk mereformasi aturan yang ada, padahal tidak perlu," ujar Yusril.
Ia beranggapan, yang perlu diubah hanyalah hal-hal yang tidak baik dan tidak memberikan keuntungan serta manfaat bagi rakyat.
"Namun ketika aturan yang sudah ada terbukti baik, maka seharusnya aturan itu diteruskan saja pada pemerintahan selanjutnya," kata Yusril.
Yusril mencontohkan, pada masa Orba, kebijakan mengenai Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) banyak dicemooh masyarakat. "Padahal sebenarnya masyarakat di desa mendapatkan manfaat yang besar dengan adanya Posyandu. Itulah yang harus dilanjutkan bahkan dimajukan," kata dia.
Satu hal yang perlu diperbaiki adalah sistem di Indonesia yang memberikan banyak celah untuk melakukan tindak pidana korupsi. "Yang paling penting adalah bagaimana kita membuat sistem yang mampu menangkal korupsi," katanya mengakhiri.