REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonomi Indonesia saat ini memasuki penyesuaian ke arah keseimbangan baru. Lembaga pemeringkat internasional, Fitch Ratings, mengungkapkan, penyesuaian baru ini mencakup naiknya suku bunga perbankan dan tingginya tekanan terhadap mata uang (rupiah).
Dalam siaran persnya, Senin (16/12) Fitch mengatakan penyesuaian ini akan berdampak pada kualitas kredit perbankan. Apalagi, ekspansi kredit perbankan di Indonesia tergolong tinggi yang menurut Bank Indonesia (BI) rata-rata di atas 20 persen. Fenomena sama juga terjadi di Malaysia dan Thailand.
Fitch menyatakan, kondisi ini bisa menjadi sumber masalah kualitas aset jika pengangguran dan inflasi naik. Ancaman terhadap persoalan kredit perbankan, terutama terkait suku bunga yang berdampak pada kredit macet, makin bertambah jika inflasi dan pengangguran bergerak ke atas.
"Pada banyak kasus, cadangan modal dan pendapatan tetap solid untuk mengatasi biaya kredit, sementara pendanaan dan likuiditas masih mampu menyerap tekanan terhadap mata uang," demikian penjelasan Fitch seperti yang diterima redaksi ROL.
BI telah memperlambat pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam rangka menghadapi penyesuaian baru ini. Salah satu caranya dengan memanfaatkan instrumen suku bunga perbankan dan nilai tukar rupiah. Pergerakan rupiah yang memasuki level 12 ribu per dolar AS termasuk ke dalam bentuk penyesuaian ekonomi baru ini.