REPUBLIKA.CO.ID, TABANAN -- Tanaman singkong ternyata bisa menghasilkan produk yang bernilai jual tinggi. Apa itu? Kain sutera.
Sutera tersebut dihasilkan dari ulat-ulat sutera yang mengonsumsi daun singkong sebagai makanan pokoknya. Selama ini, kita mengenal daun murbei sebagai makanan ulat sutera yang menghasilkan benang sutera.
Di Desa Pacung, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali, seorang pengusaha, Eddy Saputra, tengah mengembangbiakan ulat sutera yang memakan daun singkong. ''Saya memulainya pada 2006,'' ujar Eddy, Sabtu (20/12).
Awalnya, Eddy memperoleh bibit ulat sutera daun singkong tersebut dari Cina. Kini, dia merintis pembibitan ulat sutera dengan menyediakan lahan seluas satu hektare untuk ditanami singkong jenis mukibat. Sementara pembibitan ulatnya dilakukan di sisi belakang restoran Pacung Labagga, di kawasan Baturiti Bedugul, yang juga miliknya.
Eddy mengatakan, 25 ekor ulat bisa menghabiskan satu batang singkong. Proses pertumbuhan ulat sutra yang makanananya dari daun singkong ini pun tidak butuh waktu lama untuk bisa menghasilkan kokon atau kepompong. Telur-telur akan menetas menjadi ulat dalam waktu tujuh hingga sembilan hari. Kemudian dari ulat menjadi kokon butuh waktu 28 hari dan sudah bisa dipanen. Jika kokon tidak dipanen, maka dia akan menjadi kupu-kupu minimal dalam waktu 10 hari.
Menurut Yuli, karyawan di pembibitan sutera milik Eddy, kokon ulat sutera butuh sejumlah proses sebelum menjadi benang untuk dipintal. ''Kokon harus dibersihkan dulu, direbus, dijemur, setelah dikupas baru kemudian dipintal menjadi benang,'' ujar Yuli.