REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING — Pemerintah Cina pada Senin (30/12) kemarin menyatakan, mereka telah menurunkan hubungan diplomatik dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe hingga ke tingkat paling rendah, yakni persona nongrata.
Keputusan tersebut diumumkan menyusul kunjungan Abe ke Kuil Yasukuni pada pekan lalu. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Qin Gang mengatakan, kunjungan PM Jepang ke Yasukuni sama saja dengan melukai hati rakyat negeri tirai bambu. Pasalnya, bangsa Cina melihat kuil tersebut sebagai simbol fasisme dan agresi Jepang selama Perang Dunia II, saat negeri matahari terbit itu menduduki sebagian besar Cina dan semenanjung Korea.
Kuil Yasukuni sendiri dibangun sebagai bentuk penghormatan Kaisar Jepang kepada 2,5 juta orang Jepang yang meninggal sepanjang 1867-1951. Di antaranya, termasuk 14 narapidana penjahat perang Kelas A semasa PD II. “PM Abe telah mengambil tindakan untuk memperburuk hubungan dengan Beijing dan menyakiti perasaan orang-orang Cina,” kata Gang saat konferensi pers di Beijing, Senin (30/12), seperti dilansir dari World Bulletin, Selasa (31/12).
Gang menilai kunjungan Abe ke kuil itu sebagai ‘kesalahan berat’ yang dilakukan oleh seorang pemimpin Jepang. Menurutnya, insiden tersebut sekaligus menjadi bukti, pernyataan Abe sebelumnya yang ingin membangun dialog dan meningkatkan hubungan dengan Cina ternyata cuma sekadar ungkapan hipokrit belaka.
Gang menegaskan, Cina tidak akan pernah membuka ruang dialog untuk persoalan semacam ini. Abe, kata dia, harus menerima kesalahannya dan meminta maaf kepada bangsa dan rakyat Cina.
“Yang dimakamkan di Yasukuni itu adalah para dalang, penggagas, dan pelaksana gerakan invasionis militer Jepang. Mereka adalah ‘Nazi Asia’ yang tangannya berlumuran darah orang-orang Cina,” kecamnya. Selain menerima status persona nongrata, Abe kini juga masuk ke dalam daftar hitam untuk mengunjungi Cina.