REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), Senin (20/1) waktu setempat, mengatakan pihaknya kehabisan pangan untuk pengungsi di Republik Afrika Tengah yang jumlahnya kian meningkat. Penyebaran kerusuhan telah merintangi upaya PBB dalam mendistribusikan pangan.
Program Pangan Dunia PBB (WFP) mengatakan 38 truk yang membawa beras terjebak di perbatasan dan pengemudi Kamerun menolak untuk menyeberangi perbatasan karena ancaman serangan.
"Cadangan pangan WFP makin menipis dan kacangan-kacangan juga akan segera habis," kata satu pernyataan WFP.
"Menangguhkan distribusi makanan dapat menyebabkan ketegangan lebih lanjut, khususnya di antara 100.000 orang pengungsi di kamp yang penuh sesak di bandara Bangui," katanya menambahkan.
Direktur Regional WFP, Denis Brown, mengatakan jalan utama dari Kamerun ke Republik Afrika Tengah, yang telah dalam konflik selama hampir satu tahun, adalah 'jalur hidup' kemanusiaan.
Dia mengatakan lembaga itu mempertimbangkan akan menerbangkan makanan ke Bangui di mana lebih dari 500.000 orang kini menjadi tunawisma.
Badan PBB mengatakan pihaknya mengkonsentrasikan persediaan di Bandara Bangui dan telah memotong jatah ke kota utara Bossangoa.
"Pengiriman ke lokasi lain tidak dapat dilakukan sampai truk bisa dikemudikan dengan aman di sepanjang rute dan gerakan mereka ke Bangui dijamin," kata pernyataan.
Pasukan pemberontak menggulingkan presiden Republik Afrika Tengah pada Maret tahun lalu, tetapi pemerintah sementara kehilangan kontrol negara.
Permusuhan Muslim dan milisi Kristen sekarang berjuang satu sama lain dan pos pemeriksaan ilegal telah didirikan di hampir semua jalan utama.