Jumat 24 Jan 2014 14:31 WIB

Kasus DBD di Gamping Tertinggi Sekabupaten

Rep: Nur Aini/ Red: Dewi Mardiani
Nyamuk Aedes Aegypti penyebab DBD.
Foto: dinsos.jakarta.go.id
Nyamuk Aedes Aegypti penyebab DBD.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kecamatan Gamping mencatat jumlah tertinggi di Kabupaten Sleman selama 2013 lalu. Jumlah kasus DBD di Gamping mencapai 133 kasus dari total 736 kasus. Ini alasannya wilayah Gamping jadi lokasi penelitian pengendalian nyamuk aedes aegypti dengan bakteri wolbachia dari Universitas Gadjah Mada (UGM).

Dari catatan Dinas Kesehatan Sleman, kasus DBD tahun lalu menyebabkan empat orang meninggal dunia. Kecamatan Nganglik kehilangan dua warga karena DBD. Sementara, Depok dan Mlati masing-masing mencatat satu orang meninggal.

Di awal tahun hingga 21 Januari 2014, kasus DBD masih terdata hingga 13 kasus. Kecamatan Gamping mencatat satu kasus DBD pada bulan ini. Kecamatan Mlati dan Kalasan masing-masing mencatat tiga kasus DBD. Sementara, Godean, Ngemplak, dan Ngaglik mencatat dua kasus DBD setiap kecamatan.

"Hampir semua kecamatan di Sleman masuk endemik DBD tapi untuk Gamping memang kasusnya tertinggi," ujar Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinkes Sleman, Novita Krisna ditemui di kantornya, Jumat (24/1).

Jumlah kasus DBD tinggi ditemukan terutama di wilayah perkotaan yang padat penduduk. Pada 2013, kecamatan Mlati mencatat 125 kasus DBD, Godean 110 kasus, dan Depok 82 kasus. Kecamatan lainnya yang jumlah kasus DBD tinggi yakni Kecamatan Kalasan dengan 69 kasus dan Ngaglik dengan 53 kasus.

Tingginya kasus DBD di Sleman membuat UGM menjadikan lokasi tersebut sebagai wilayah penelitian Eliminate Dengue Project (EDP). Dalam penelitian tersebut, UGM melepaskan nyamuk Aedes aegypti yang mengandung bakteri Wolbachia untuk mengendalikan penularan DBD. Bakteri Wolbachia akan mempersingkat hidup nyamuk dewasa sehingga tidak akan mampu menyebarkan DBD.

Sleman belum memiliki metode baru dalam mengendalikan kasus DBD setempat. Pengendalian DBD di wilayah Sleman selama ini masih mengandalkan program pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Novi mengatakan keberhasilan program tersebut tergantung dari partisipasi masyarakat. Sayangnya, partisipasi dalam PSN masih kurang.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement