REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Ribuan massa demonstran anti-pemerintah kembali berkumpul di Maidan Square, Ukraina. Mereka menuntut Presiden Ukraina Viktor Yanukovych segera mundur dari pemerintahan.
Dilansir dari BBC, Ahad (2/2), pemimpin tokoh oposisi Vitali Klitschko mengatakan mundurnya Yanukovych menjadi satu-satunya solusi untuk mengatasi krisis.
"Krisis ini akan berakhir jika digelar pemilu baru yang menghentikan rezim Yanukovych," kata Klitschko di depan para pendukungnya. "Kami akan tunjukan bahwa kami tidak takut dan kami akan menang," tambahnya.
Sementara itu, Klitschko juga telah mendapatkan dukungan dari negara-negara Barat untuk melanjutkan aksinya. Presiden Dewan Eropa Herman Van Rompuy mengatakan masa depan Ukraina bersama dengan Uni Eropa.
Sedangkan Menteri Luar AS John Kerry menyatakan dukungannya terhadap perjuangan demokrasi rakyat Ukraina. Gedung Putih sendiri menyatakan telah membahas kemungkinan sanksi yang akan diberikan kepada Ukraina.
Namun, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov telah menyalahkan negara-negara Barat atas aksi yang terjadi di Ukraina. Yanukovych yang tengah mengambil masa cuti karena sakit akan kembali bekerja pada Senin (3/2) waktu setempat.
Sebelumnya, ribuan demonstran juga telah mendirikan kamp di sekitar Kiev. Mereka menuntut dibentuknya pemerintahan baru. Sedangkan perdana menteri beserta kabinetnya telah mengundurkan diri. Bahkan, Yanukovych menawarkan jabatan tersebut kepada tokoh oposisi, namun ditolak.
Kerusuhan yang terjadi di Ukraina dimulai sejak November setelah Yanukovych batal menandatangani perjanjian kerjasama dengan Uni Eropa. Dibawah tekanan Rusia, Ukraina akhirnya bekerjasama dengan negara tersebut.