REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Libia sepenuhnya telah menghancurkan senjata kimia yang dimilikinya dari Muammar Gaddafi, 10 tahun setelah diktator itu menandatangani Konvensi Senjata Kimia, kata Menteri Luar Negeri Mohamed Abdelaziz Selasa.
"Libia telah sepenuhnya bebas dari senjata kimia yang mungkin merupakan ancaman potensial atas keamanan komunitas lokal, lingkungan hidup dan kawasan-kawasan tetangga," kata menteri itu.
"Pencapaian ini tidak akan mungkin terjadi dalam waktu singkat tanpa usaha-usaha terkoordinasi dalam kemitraan internasional atau tanpa dukungan logistik dan bantuan teknis dari Kanada, Jerman dan Amerika Serikat, yang menyediakan kesempatan untuk menggunakan teknologi sangat maju, aman dan tepercaya," katanya.
Abdelaziz berbicara pada satu acara untuk menandai tonggak keberhasilan itu yang dihadiri oleh Ketua Organisasi bagi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) Ahmet Uzumcu, yang memuji dukungan internasional bagi operasi perlucutan senjata yang dikatakannya sekarang terbayang di Suriah.
Hal itu memberikan "contoh bagus kerja sama internasional yang sedang berlangsung di Suriah dalam skala besar," kata ketua OPCW.
Uzumcu mengatakan ia telah mengunjungi kota Al-Raogha, sekitar 700 kilometer sebelah selatan ibu kota Tripoli, Selasa pagi untuk memeriksa gudang tempat penyimpanan gas mustard yang ditampung sebelum pemusnahannya.
Ketua OPCW itu mengatakan Libya masih menyimpan senjata kimia kategori 2 tetapi telah ada program untuk menghancurkannya pada akhir 2016.