REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -– Para sopir truk antarprovinsi di Sumatera dan Jawa, mengeluhkan lambannya perbaikan kerusakan jalan dan jembatan di ruas jalan lintas Sumatra (jalinsum) wilayah Lampung, akhir-akhir ini. Lamanya perbaikan ini membuat jatah biaya berangkat supir mengantar barang ke tujuan merugi.
Beberapa supir truk yang mangkal di SPBU Candi Mas, Natar, Lampung Selatan, Senin (10/2), menyatakan kerusakan jembatan Terbanggi Besar dan jalinsum KM 82-83 di Bakauheni, menambah biaya perjalanan supir truk di jalan. Pasalnya, waktu tempuh mengantar barang ke tujuan menjadi lama karena banyak macet dan pemalak di jalan.
Menurut Darno, sopir truk asal Baturaja (Sumatera Selatan) tujuan Serang (Banten), ia terpaksa menguras jatah ‘gaji’ sopir untuk menutupi biaya makan di jalan. Macet di kawasan jalur alternatif Terminal Betang Subing, karena jembatan ambles, menambah panjang lama perjalanan ke Pelabuhan Bakauheni.
“Biasanya, sore sudah di Pelabuhan Bakauheni. Tapi karena macet bisa sampai lima jam, terpaksa istirahat di jalan. Persediaan uang makan sudah habis,” kata Darno, yang membawa barang rumah tangga.
Kadri, sopir truk lainnya yang ingin menuju ke Palembang, mengaku banyak pemalak di jalan lintas sejak dari Bakauheni menuju kota Bandar Lampung. Pemalak, kata dia, tak segan-segan memaksa sopir untuk merogoh uang berkisar Rp 5.000 hingga Rp 10 ribu sekali lewat.
Dari keterangan warga setempat, perbaikan jalinsum yang ambles pada awal Februari lalu persisnya di KM 82-83 perbatasan Dusun Kampung Jering dan Dusun Gubuk Seng Bakauheni, masih berlangsung. Belum dapat dipastikan kapan perbaikan selesai.
Pekerja masih melakukan perbaikan gorong-gorong, dan untuk sementara mengganti gorong-gorong yang ambles dengan kayu, agar kendaraan bisa lewat. Sedangkan jembatan Terbanggi yang ambles di bahu kirinya, juga belum dapat dilewati kendaraan roda empat apalagi truk. Saat ini, jembatan hanya bisa dilalui kendaraan roda dua.