REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta menyediakan anggaran Rp 3 miliar untuk kegiatan pembersihan abu vulkanik Gunung Kelud di beberapa wilayah di kota pariwisata ini. Anggaran tersebut diambil dari anggaran tak terduga APBD Kota Yogyakarta 2014. Anggaran ini dikeluarkan setelah Pemkot setempat menyatakan status darurat abu vulkanik sejak 14 Februari lalu hingga 21 Februari mendatang.
"Hingga saat ini anggaran yang sudah digunakan mencapai Rp 1 miliar. Anggaran ini digunakan untuk kerja bakti bersih-bersih jalan dan sebagainya," ujar Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti, Ahad (16/2).
Menurutnya, sejak Jumat (14/2) hingga Ahad (16/2) ini pihaknya masih konsentrasi pada pembersihan jalan-jalan protokol di Yogyakarta. Setelah itu pihaknya akan mulai menyasar ke pasar-pasar tradisioal. "Kita sudah mulai di Pasar Beringharjo, nanti akan bergilir bersama komunitas pedagang pasar," ujarnya.
Instansi kantor di lingkup Pemkot Yogyakarta selama dua hari ini, juga diminta untuk membersihkan lingkungan kerjanya. Meski demikian instansi pelayanan kepada masyarakat tetap dijalankan. “Saya minta gotong royong di kantor-kantor pemerintah masuk untuk membersihkan lingkungan kerjanya,” katanya.
Hal senada juga dikatakan oleh Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Yogyakarta Agus Winarto. Pihaknya masih fokus pembersihan abu vulkanik di ruang-ruang publik. BPBD juga sudah mendistribusikan 7.000 kantong untuk tempat abu vulkanik. Dari jumlah itu 6.000 kantong disebarkan melalui kecamatan dan 1.000 kantong untuk kawasan Malioboro. Jumlah kantong itupun dirasa masih kurang.
“Yang sudah didistribusikan dimanfaatkan dulu. Sebenarnya swadaya masyarakat untuk penyediaan karung juga sudah banyak,” katanya.
Masyarakat juga diimbau agar tidak membuang debu vulkanik ke saluran air hujan atau drainase. Hal ini agar tidak menyumbat aliran karena abu akan menjadi sedimen karena terkena air.