Selasa 18 Feb 2014 21:28 WIB

Sultan: Pembersihan Abu Kelud Jangan Tunggu Pemerintah

Red: Didi Purwadi
  Pemukiman warga tertutup abu vulkanik di Bantaran Sungai Code, Yogyakarta, Jumat (14/2).  (Antara/Noveradika)
Pemukiman warga tertutup abu vulkanik di Bantaran Sungai Code, Yogyakarta, Jumat (14/2). (Antara/Noveradika)

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, meminta masyarakat agar membersihkan abu Gunung Kelud tidak menunggu gerakan dari pemerintah, tetapi harus dihidupkan kembali jiwa gotong royong.

"Setelah jalan-jalan dibersihkan oleh masyarakat maupun pemda dibantu para relawan, masyarakat sendiri harus berusaha untuk membersihkan genting dari debu," kata Sri Sultan saat menyambangi kerja bakti masyarakat di Sleman, Selasa.

Menurut Sultan, untuk menunggu hujan turun mungkin terlalu lama sehingga perlu segera dilakukan pembersihan di atas.

"Karena kalau di bawah dibersihkan sementara di atas masih banyak debu, bila terbawa angin maka debu akan mengotori tempat di bawah yang sudah dibersihkan," katanya.

Menanggapi adanya kerusakan atap pasar ikan Garongan, Sleman, gubernur meminta pengurus segera mengajukan dana ke Pemerintah DIY untuk mengganti atap dengan asbes.

"Sedangkan untuk bibit ikan dicoba dengan indukan nila dari Taliland yang cepat besar dan beratnya bisa mencapai delapan ons sehingga produktivitas petani ikan dapat meningkat," katanya.

Menurut dia, agar dicari solusi untuk menggantikan pakan ikan pellet ikan yang selama ini harganya semakin naik dengan pelet organik dari dedaunan. "Bila hal ini bisa dilakukan, maka akan menghemat pengeluaran dari para petani ikan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement