REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Berkurangnya armada truk sampah membuat sampah menumpuk di sejumlah pasar tradisional di DKI Jakarta. Salah satunya, Pasar Induk Kramat Jjati, Jakarta Timur.
Di pasar tersebut, sampah menggunung hingga dua sampai tiga meter. Sisa sampah sayuran dan buah-buahan bercampur dengan sampah plastik dan karung bekas. Bau busuk menyengat dari tumpukan sampah tersebut.
Situasi itu lantaran pada 31 Desember 2013, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memutuskan kerja sama dengan pihak swasta dalam pengangkutan sampah. Akibatnya, armada truk sampah berkurang sehingga sampah terabaikan.
Setiap harinya, ada dua buldoser beroperasi untuk memindahkan sampah ke truk yang kemudian diangkut ke tempat pembuangan akhir. “Penanganan sampah di sini masih terkendali, tetapi jumlah armada truk dalam dua bulan terakhir ini memang bekurang,” kata Sabar, asisten manajer Perawatan Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, Selasa (25/2).
Sabar mengatakan, normalnya 10 truk sampah beroperasi setiap harinya. Namun, dalam dua bulan terakhir hanya delapan truk sampah yang beroperasi.
Guna menyiasatinya, Sabar mengatakan, pihaknya mendirikan rumah kompos untuk mendaur ulang sampah di salah satu pasar terbesar di Indonesia tersebut. Rumah kompos akan memproduksi pupuk kompos dari sampah-sampah organik yang ada di Pasar Kramat Jati. Sabar berharap, pembangunan rumah kompos tersebut bisa selesai kurang dari satu tahun.