REPUBLIKA.CO.ID, KEDIRI -- Tanaman cabai para petani di Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, sudah mulai bersemi pascamusibah erupsi Gunung Kelud (1731 mdpl) yang melanda 13 Februari 2014.
Wandi, salah seorang petani cabai di Desa Asmorobangun, Kecamatan Puncu, Sabtu mengatakan kuncup tanaman cabai sudah mulai berkembang saat ini.
"Tanaman sudah mulai berkembang, jadi harapan hidup masih ada," ucapnya.
Ia mengatakan, saat erupsi Gunung Kelud, mayoritas tanaman mengalami kerusakan. Terlebih lagi, tanaman sayuran tidak dapat diselamatkan seperti tomat, kubis, dan sejumlah sayuran lainnya.
Bahkan, tanaman cabai juga rusak. Banyak daun serta buahnya berguguran, tidak menyisakan sama sekali buah. Padahal, petani sudah hendak panen cabai. Daun dan buah terluka, yang menyebabkan buah membusuk.
Padahal, ia dengan petani lain berharap dengan panen yang akan berlangsung sekitar Maret ini, bisa mendapatkan penghasilan untuk berbagai keperluan.
Ia mengatakan, sejak dua pekan lalu musibah erupsi berlangsung, daun tanaman cabai sudah mulai tumbuh. Namun, ia memprediksi produksi pun tidak akan maksimal.
Di daun itu, seperti terserang penyakit. Warnanya kuning dan putih mirip terkena penyakit. Dari pengalaman, diprediksi hasil pun akan berkurang.
"Jika sudah begitu (terserang penyakit), produksi kurang maksimal. Harapannya sekitar 30 persen," ucapnya.
Ia sendiri mempunyai lahan yang ditanami cabai sekitar satu hektare. Ia menghabiskan dana sekitar Rp 45 juta untuk modal baik bibit, pekerja, sampai pupuk.
Ia merasa terbantu karena lahan itu milik sendiri. Jika ia menyewa, tentunya kerugian yang dideritanya akan cukup besar. Besaran sewa satu hektare lahan di daerah ini mencapai Rp 20 juta per tahun.