REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI--Hasil panen padi di selatan Kabupaten Sukabumi diprediksi tidak maksimal. Hal ini dikarenakan pengaruh cuaca yang tidak menentu.
''Panen bermasalah karena faktor cuaca,'' ujar Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Surade H Sahlan, kepada Republika, Senin (3/3). Diperkirakan masa panen di selatan Sukabumi pada awal hingga akhir Maret mendatang.
Menurut Sahlan, cuaca tidak menentu menyebabkan pasokan air untuk areal pertanian menjadi berkurang. Dampaknya, ada sekitar sepuluh persen areal pertanian selatan Sukabumi yang tidak bisa ditanami akibat minimnya pasokan air.
Fenomena kesulitan memperoleh air ini, lanjut Sahlan, baru terjadi pada tahun ini. Pasalnya, pada tahun lalu pasokan air masih lancar.
Padahal, ujar Sahlan, pada waktu tertentu terjadi hujan di Sukabumi. Namun anehnya, air tersebut tidak terserap dan tidak bisa mengairi lahan pertanian. Penyebabnya, bukan karena penebangan pohon karena di selatan Sukabumi tengah banyak warga yang menanam pohon.
Sahlan mengungkapkan, kesulitan air ini terjadi di tengah usia padi mendekati panen yakni 60 hari hingga 80 hari. Momen tersebut sangat menentukan kualitas hasil panen. Sehingga dipastikan akan menyebabkan penurunan produktivitas.
Hasil panen yang kurang baik ini lanjut Sahlan, akan berpengaruh pada naiknya harga gabah di pasaran. Terlebih, sebagian petani tidak menjualnya hasil panennya ke pasar. Hal ini dikarenakan ada sebagian yang menyimpan untuk kebutuhannya sendiri.
Di sisi lain kenaikan harga gabah, terang Sahlan, tidak bisa dinikmati petani. Hal ini dikarenakan adanya penurunan produktivitas akibat cuaca tidak menentu.
Petani lainnya di Kecamatan Sukabumi, Daeng (55 tahun) mengatakan, hasil panen padi pada musim tanam kali ini memang diprediksi menurun. Kondisi ini diakibatkan sejumlah faktor seperti serangan hama dan faktor cuaca.