REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepolisian Negara Republik Indonesia membekuk dua tersangka diduga kurir jaringan teroris Santoso usai baku tembak antara Desus 88 Polda Sulawesi Tengah dan kelompok jaringan Santoso, Jumat (28/2), pukul 18.00 WITA.
Boy menyebutkan dua orang diduga kurir jaringan Santoso tersebut bernama Rodik dan Aji alias Syuaib.
"Setelah diidentifikasi, tersangka itu yang memberi bantuan kepada aksi bom bunuh diri Zainul," katanya.
Zainul Arifin (34) merupakan pelaku bom bunuh diri di Mapolres Poso, Sulawesi Tengah, Senin, 3 Juni 2013. Boy juga menduga kedua tersangka tersebut ada kaitannya dengan kelompok yang pernah melakukan baku tembak dengan anggota Brimob dan akhirnya tewas, Bharatu Putu Satria pada 5 Februari 2014.
Dari penangkapan tersebut, ditemukan barang bukti berupa satu buah bom pipa dan 19 butir peluru kaliber 19 mm. Saat ini tersangka digelandang ke Polres Poso untuk selanjutnya dikirim ke Polda Sulawesi Tengah di Palu.
Boy mengatakan sejak Jumat (28/2) hingga Senin (3/3) masih terjadi baku tembak antara kelompok teroris Santoso dengan Densus 88. "Sampai hari ini masih terjadi kejar-kejaran dengan anggota kami, anggota Densus 88 Polda Sulteng, khususnya Brimob," katanya.
Dia menyebutkan kelompok teroris tersebut yang sedang baku tembak dengan anggota polisi berjumlah 10-15 orang, bersenjata api dan melakukan aksi balasan kepada anggota.
Sebelumnya, Kabid Humas Polda Sulteng AKBP Soemarno menyebutkan dua anggota Polri dari Brimob Polda Sulteng terluka.
"Satu orang tertembak di bagian paha bernama Bripda Baharuddin dan satu lagi Bharada Syamsu Alam tertembak di pinggul. Mereka telah dilarikan ke Palu untuk mendapat perawatan di Rumah Sakit Umum Bhayangkara," katanya.
Soemarno mengaku belum mendapatkan informasi dari Polres Poso apakah dari pihak teroris ada yang tertangkap atau terluka. "Aksi baku tembaknya masih terus berlangsung," ujar Soemarno.