Selasa 11 Mar 2014 09:52 WIB

Pendakian ke Gunung Slamet Ditutup

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Dewi Mardiani
Gunung Slamet
Foto: friendslookup.com
Gunung Slamet

REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -– Jalur pendakian ke puncak Gunung Slamet melalui jalur Pos Bambangan, Desa Kutabawa Kecamatan Karangreja Kabupaten Purbalingga, ditutup  sementara. Ini menyusul adanya peningkatan aktivitas vulkanik di gunung yang menjadi menjadi perbatasan 4 kabupaten di Jawa Tengah tersebut.

''Penutupan jalur pendakian berlaku sejak Senin (10/3) malam,'' kata Kepala Bidang Pariwisata Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Purbalingga, Prayitno, Selasa (11/3).

Menurutnya, keputusan menutup jalur pendakian tersebut, diambil setelah pihaknya meminta pertimbangan dari petugas pos pengamatan Gunung Slamet di Desa Gambuhan Kabupaten Pemalang. ''Berdasarkan pertimbangan keselamatan pendaki, maka kami memutuskan untuk menutup jalur pendakian  melalui pos Bambangan,'' jelasnya.

Soal penutupan jalur pendakian di jalur-jalur lain, Prayitno menyebutkan, kewenangan Pemkab adalah untuk jalur pendakian pos Bambangan, karena masuk dalam wilayah Purbalingga. Untuk jalur lain, menjadi kewenangan masing-masing Pemkab.

Selama ini untuk melakukan pendakian ke puncak Slamet, ada beberapa jalur pendakian. Selain pos Bambangan, juga ada jalur pendakian melalui Baturraden Kabupaten Banyumas, Gambuhan (Kabupaten Pemalang) dan Guci (Kabupaten Tegal). Namun dari sekian jalur tersebut, yang sering menjadi rute pendakian adalah melalui pos Bambangan. ''Hal ini karena rute pendakiannya memang relatif paling mudah dibanding rute lainnya,'' jelas Prayitno.

Berdasarkan data di pos Bambangan, pada Senin malam, ada 21 pendaki yang sedang berjalan menuju puncak. Sebagian berangkat dari pos Bambangan pada  Senin pagi. Mereka antara lain berasal dari Jakarta sebanyak 10 orang, Jakarta Barat sembilan orang, dan dua orang dari Tegal. Mereka sudah didata dan diminta segera turun kembali.

Sementara terkait aktivitas vulkanik gunung yang memiliki ketinggian 3.428 meter di atas permukaan laut tersebut, Prayitno masih terus melakukan koordinasi dengan petugas pengamatan Gunung Slamet di Gambuhan. ''Selain itu, kami juga berkoordinasi BPBD untuk mengantisipasi kemungkinan yang tidak kita harapkan,'' jelasnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement