REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Pemilihan umum (Pemilu) yang akan dilaksanakan di Suriah dinilai tidak akan membantu adanya perundingan damai dengan pihak oposisi. Dalam Pemilu tersebut, Presiden Bashar al-Assad kemungkinan akan terpilih kembali kendati ia belum mengumumkan akan kembali mencalonkan diri dalam periode ketiga.
“Setahu saya, belum ada pengumuman resmi di Damaskus bahwa Pemilu akan berlangsung. Tapi, banyak aktifitas yang mengindikasikan bahwa Pemilu akan terjadi,” ujar mediator perdamaian, Lakhdar Brahimi, Kamis (13/3).
Jika Pemilu dilakukan, katanya, semua oposisi tak akan tertarik untuk melakukan perundingan damai dengan pemerintah.
Perundingan damai yang ditengahi oleh Brahimi di Jenewa gagal untuk menyatukan pendapat antara pemerintah dan oposisi. Presiden Dewan Keamanan, Sylvie Lucas, mengatakan Pemilu tidak sesuai dengan proses Jenewa.
Beberapa diplomat dari Barat mengatakan bahwa jika Assad kembali terpilih, keseriusan pemerintah dalam mencapai perdamaian masih dipertanyakan.
Duta Besar Suriah, Bashar Ja’afari, tidak mengkonfirmasi bahwa pemilu akan dilakukan. Tetapi, ia mengatakan bahwa pemilu adalah masalah domestik.