REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia yang dikenal sebagai negara maritim juga memiliki biaya logistik yang relatif tinggi. Apalagi ke depan Indonesia memasuki era liberalisasi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015.
Ketua Umum Asosiasi Logistik dan Forwader Indonesia, Iskandar Zulkarnaen, menyampaikan tantangan sektor logistik akan semakin berat. Faktor daya saing yang terbilang masih rendah hingga biaya logistik yang relatif tinggi membuat Indonesia tak mudah memasuki MEA 2015.
Apalagi saat ini banyak persoalan yang sedang dihadapi industri logistik. Seperti infrastruktur penunjang logistik yang buruk dan biaya logistik yang cenderung mahal. Kondisi ini diperparah dengan tren kenaikan tarif-tarif kepelabuhan, baik laut maupun udara.
Persoalan lainnya adalah aturan perundang-undangan bidang logistik yang harus disempurnakan. Selain itu pelaksanaan Sislognas (Sistem Logistik Nasional) yang berjalan lambat kemudian stimulus fiskal dan moneter bagi usaha logistik yang tak setara.
Hal lainnya adalah kian mendominasinya BUMN penunjang logistik yang mengancam kelangsungan usaha swasta. ''Semua itu bagian dari Agenda Munas dan akan dibahas secara tuntas,'' tutur Zulkarnaen, dalam pembukaan Musyawarah Nasional Ke-V ALFI, Senin (17/3).