REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Rektor Universitas Nusa Cendana Fredrik Benu berpendapat kerja sama segi tiga antara Kupang-Dili-Darwin bisa difokuskan pada bidang ekonomi dan sosial budaya (ekosobud), meski dengan platform politik yang berbeda.
"Kerja sama itu harus tetap dibangun walaupun hubungan politik antara Indonesia dengan Timor Leste tidak terlalu dekat, mengingat kiblat politik negara itu yang belum terintegrasi secara kuat dengan ASEAN," kata Fredrik Benu, di Kupang, Kamis.
Dia mengemukakan hal itu, ketika menjadi pembicara dalam seminar nasional peluang Pengembangan Kawasan Segi Tiga Pertumbuhan Ekonomi antara NTT-Timor Leste-Northern Territory (NT), yang digelar Pemerintah Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Demikian pula kata dia, hubungan diplomatik dengan Australia yang "turun-naik", khususnya belakangan ini terkait kebijakan keras pemerintahan Tony Abbott tentang pencari suaka.
"Tetapi tidak berarti semua kendala politik ini harus menjadi hambatan besar terhadap upaya membangun kawasan segi tiga Kupang-Dili-Darwin yang cukup prospektif," katanya.
Menurutnya, jika ketiga kawasan ini dikembangkan menjadi satu segi tiga pertumbuhan baru di selatan, maka kita dapat memahami, ketiga kawasan jelas ada potensi pasar yang dapat digarap secara bersama, tergantung pada keuntungan kompetitif yang dimiliki oleh masing-masing kawasan.
Meski demikian, sambungnya, bedanya pasar Kupang termasuk seluruh Timor Barat bahkan NTT adalah pasar yang menyerap barang jadi, yang diproduksi oleh sektor produksi primer maupun industri Australia khususnya Darwin dan didominasi oleh sejumlah besar konsumen kelas menengah baru.
"Demikian pula pasar transit Timor Leste yang menyerap barang jadi hasil produksi sektor industri Darwin dan pasar tradisional Timor barat," katanya.
Cuma bedanya jumlah konsumen kelas menengah di Dili, mungkin sedikit lebih kecil dibandingkan konsumen kelas menengah di Kupang dan seluruh Timor Barat, katanya.
Sebaliknya, kata Benu, pasar Darwin dikarakterisasi oleh serapan bahan baku dan setengah jadi, barang-barang kerajinan, sektor industri skala rumah tangga yang diproduksi atau dipasok dari sektor produksi primer Timor Barat dan Timor Leste serta didominasi oleh konsumen berpenghasilan tinggi.
Dia menjelaskan, dilihat dari ciri ketersediaan tenaga kerja, NTT menyediakan tenaga kerja dalam jumlah banyak dengan skill rendah, sumber daya alam cukup tersedia, teknologi yang tersedia relatif rendah dan lahan yang tersedia cukup luas.
"Timor Leste mampu menyuplai tenaga kerja dalam jumlah cukup, namun kurang memiliki skill yang memadai. Di samping itu Timor Leste memiliki sumber daya alam yang relatif cukup, tetapi belum dioptimalkan pemanfaatannya," katanya.
Menurut Fred, Northern Territory dengan ketersediaan infrastruktur dan sumber daya manusia yang memadai, dapat dimanfaatkan untuk tujuan akselerasi pembangunan ekonomi pada kawasan segi tiga pertumbuhan ini.
Artinya, ketersediaan modal untuk tujuan investasi pada ketiga kawasan ini juga dapat menjadi daya dorong tersendiri yang berasal dari Northern Territory, demi percepatan pembangunan ekonomi pada kawasan ini, katanya.