Ahad 23 Mar 2014 22:56 WIB

Penundaan Pembebasan Tahanan Bisa Sabot Pembicaraan Perdamaian Timteng

Mahmoud Abbas
Foto: AP/Majdi Mohammed
Mahmoud Abbas

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Penundaan pembebasan kelompok terakhir tahanan Palestina dari penjara Israel bisa menyabot perundingan perdamaian langsung yang ditaja AS antara Israel dan Palestina, demikian peringatan beberapa pejabat, Ahad.

Para pejabat Palestina menekankan pembicaraan perdamaian langsung antara kedua pihak menghadapi ancaman nyata jika Israel tak membebaskan kelompok terakhir tahanan.

Radio Israel mengutip beberapa pejabat Israel yang mengetahui dan mengatakan kelompok terakhir tahanan hanya akan dibebaskan jika Pemerintah Otonomi Nasional Palestina (PNA) setuju memperpanjang ultimatum sembilan-bulan bagi pembicaraan perdamaian, yang dijadwalkan berakhir pada akhir April.

Radio itu menyatakan Amerika Serikat memiliki keprihatinan bahwa pembicaraan perdamaian tersebut mungkin ambruk. Ditambahkannya, Pemerintah AS menghubungi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk meyakinkan menteri pemerintahnya agar mensahkan rancangan peraturan mengenai pembebasan kelompok terakhir tahanan Palestina.

Radio itu menambahkan para pejabat AS menerima baik permintaan Netanyahu untuk membebaskan mata-mata Israel Jonathan Pollard bagi pembebasan tahanan Arab-Israel dari penjara Israel, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Ahad malam. Presiden Palestina Mahmoud Abbas telah mendesak pembebasan tahanan Palestina itu.

Pada Sabtu (22/3), Abbas --yang memimpin pertemuan Komite Sentral Faksi Fatah, pimpinannya, di Ramallah di Tepi Barat Sungai Jordan-- memberitahu anggota Fatah pada awal pertemuan tersebut rakyat Palestina berharap kelompok terakhir tahanan akan dibebaskan secepatnya dari penjara Israel.

"Jika kelompok terakhir tahanan tidak dibebaskan, ini akan berarti bagi kita pelanggaran kesepakatan yang ditaja AS yang disepakati bagi dilanjutkannya pembicaraan perdamaian," kata Abbas sebagaimana dikutip. Ia menambahkan, "Dan ini akan memberi kita hak untuk melakukan apa saja yang kita pandang layak."

Selama pertemuannya pekan sebelumnya dengan Presiden AS Barack Obama, Abbas memasukkan masalah pembebasan tahanan ke dalam agenda pembicaraan dengan Obama.

Kedua pejabat tinggi itu juga telah membahas nasib pembicaraan perdamaian dan apakah Abbas akan menerima baik perpanjang proses tersebut atau tidak.

Sementara itu, seorang pejabat Palestina yang mengetahui mengungkapkan pemimpin perungdin Palestina Saed Erekat pada Ahad bertemu dengan utusan perdamaian AS Martin Indyk dan asistennya.

Pejabat itu memberitahu Xinhua pertemuan tersebut --yang diselenggarakan di Jerusalem-- membahas situasi saat ini dalam proses perdamaian dan nasib pembicaraan perdamaian langsung dengan Israel. Kelompok terakhir tahanan, yang meliputi 26 tahanan, dijadwalkan dibebaskan pada 29 Maret.

sumber : Antara/Xinhua/Oana
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement