REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengendalian populasi di Indonesia menjadi salah satu kunci untuk memberantas kemiskinan, kata Utusan Khusus Presiden Indonesia Urusan Pemberantasan Kemiskinan HS Dillon di Jakarta, Senin (24/3).
"Kita harus bisa mengendalikan pertumbuhan manusia. Kalau Tionghoa dulu tidak menekan angka kelahiran, dia tidak akan sebesar sekarang," katanya dalam event Global Conference Agenda Pembangunan Pasca 2015 yang diprakarsai oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Budi Luhur.
Menurutnya, tantangan yang dihadapi pemerintah sekarang adalah masyarakat Indonesia kurang memiliki kesadaran untuk menekan jumlah kelahiran dala keluarga.
Dillon menambahkan hal lain yang dapat membantu mengurangi kemiskinan di Indonesia adalah pendidikan bagi seluruh rakyat Indonesia. Menurutnya, pendidikan penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Sebelumnya Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Republik Indonesia Fasli Jalal menyatakan pertumbuhan penduduk Indonesia perlu dikendalikan dengan baik agar tidak berakibat munculnya masalah sosial dan ekonomi.
"Pertambahan penduduk yang tidak memiliki skill kerja akan mengakibatkan Indonesia menjadi salah satu pasar utama bagi produk-produk asing dan pasar lapangan kerja bagi tenaga asing," kata Fasli di sela-sela memberi Kuliah Umum Bonus Demografi di Auditorium FKIP Universitas Syiah Kuala Aceh, baru-baru ini.
Dijelaskannya, bonus demografi merupakan suatu fenomena di mana struktur penduduk sangat menguntungkan dari sisi pembangunan karena jumlah penduduk usia produktif sangat besar, sedangkan proporsi usia muda sudah semakin kecil dan proporsi usia lanjut belum banyak.
Fasli mengatakan bonus demografi juga merupakan peluang emas bagi Indonesia untuk membangun kemajuan bangsa.
"Usia muda produktif, kreatif dan kekayaan alam yang melimpah merupakan kombinasi ideal untuk membangun kekuatan ekonomi dan kesejahteraan masyrakat," katanya dalam Kuliah umum terkait kebijakan dan strategi menyiapkan SDM Indonesia yang berkualitas dan kompetisi antarnegara semakin meningkat.
Ia menambahkan bonus demografi tersebut juga berefek sangat kritis, jika tidak dibarengi dengan preningkatan kualitas SDM dan tersedianya lapangan kerja yang memadai.