Selasa 25 Mar 2014 21:57 WIB

Kopi, Warisan Islam pada Dunia (3-habis)

Ilustrasi
Foto: Zlavolam.sk
Ilustrasi

Oleh: Ani Nursalikah

Lloyds menjadi tempat bertemunya para pedagang dan pemilik kapal. Kedai kopi menjadi cikal bakal berdirinya pub.

Tempat-tempat ini menjadi tempat bertukar pikiran mengenai politik dan turut andil pula atas terbentuknya gerakan liberal.

Manfaat kopi yang dianggap begitu besar dianggap sama pentingnya dengan roti dan air. Bahkan, jika suami menolakkopi buatan istrinya dapat menjadi alasan perceraian dalam hukum Turki.

Menyebar hingga India

Ke mana pun Islam menyebar, kopi pasti mengikuti. Dengan perluasan Kekaisaran Ottoman, kopi dengan cepat menyebar ke Mediterania Timur.

Hingga abad ke-17, tidak ada benih kopi yang tumbuh di luar Afrika atau Arab. Pada masa itu, biji kopi yang telah direbus atau dipanggang diekspor dari pelabuhan Mocha dan Jeddah.

Hal tersebut berubah ketika seorang peziarah bernama Baba Budan me nyelundupkan biji kopi keluar dari Makkah dengan diikatkan ke perutnya. Ia kemudian berhasil membudidayakan kopi di negara asalanya India, tepatnya di Mysore.

Penulis kopi paling awal adalah Abdul al-Qadir al-Jaziri yang pada 1587 menyusun sebuah karya menelusuri sejarah dan kontroversi hukum kopi berjudul Umdat al-Safwa fi Hill al-Qahwa. Ia menulis, seorang syekh bernama Jamalal- Din al-Dhabhani adalah orang pertama yang mengadopsi penggunaan kopi (sekitar tahun 1454 M).

Turki adalah negara yang paling awal mengadopsi kopi sebagai minuman. Mereka menambahkan berbagai rempah-rempah, seperti cengkeh, kayu manis, kapulaga, dan adas ke dalam minuman itu.

Konsumsi kopi di Eropa sebagian besar didasarkan pada cara Muslim menyiapkan minuman kopi secara tradisional. Bubuk kopi diseduh bersama gula dengan air panas dan mengandung ampas kopi di dasar cangkir.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement