Ahad 30 Mar 2014 01:41 WIB

Ulama Dunia Doakan Pemilu Indonesia

Rep: Indah Wulandari/ Red: Indira Rezkisari
 Petugas KPUD mempersiapkan logistik Pemilu 2014 untuk didistribusikan ke PPK (Panitia Pemilihan Kecamatan) di  KPUD Temanggung, Jawa Tengah, Senin (24/3).  (Antara/Anis Efizudin)
Petugas KPUD mempersiapkan logistik Pemilu 2014 untuk didistribusikan ke PPK (Panitia Pemilihan Kecamatan) di KPUD Temanggung, Jawa Tengah, Senin (24/3). (Antara/Anis Efizudin)

REPUBLIKA.CO.ID, SITUBONDO -- Indonesia akan menghadapi pemilu legislatif pada 9 April dan Pemilu presiden pada Juli mendatang. Ulama dunia mendoakan pemilu tersebut berlangsung damai dan menghasilkan pemimpin yang terbaik.

Doa tersebut diungkapkan para ulama dalam pembukaan konferensi internasional di pondok pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur, Sabtu (29/3).

Tampil memimpin doa pada acara tersebut Prof Dr Wahbah Az-Zuhaily (syria) Syaikh Mahdi As-Sumaidai (Irak), Syaikh Abdul Karim Ad-Dibaghiy (Aljazair). Mereka didampingi tokoh Islam Indonesia yang juga Sekretaris Jenderal Internasional Conference Of Islamic Scholar (ICIS) KH Hasyim Muzadi (Indonesia).

Konferensi kelas dunia itu diprakarsai mantan Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi. Rencananya, kegiatan ini digelar selama dua hari hingga Ahad (30/3) besok. Ratusan ulama dan kiai hadir sebagai peserta dalam konferensi ini.

Hasyim Muzadi menegaskan, konferensi tersebut membahas banyak hal terkait masalah dalam negeri dan luar negeri. Untuk dalam negeri, terkait perang di sejumlah negara yang Timur Tengah dan kondisi Indonesia pasca reformasi.

"Kita akan mendengarkan penjelasan dari ulama dari timur soal arab Spring atau perang yang terjadi di beberapa negara di Timur Tengah belakangan ini. Bagaimana kondisi mereka setelah perang terjadi," katanya.

Konferensi tersebut diharapkan menghasilkan konsep perdamaian di berbagai belahan dunia. "Dari penjelasan para ulama itu, kita akan tahu kondisi Timur Tengah saat ini. Dari situ pula kita akan tahu solusinya.

Hasyim mengatakan, pada konferensi ini, pihaknya juga ingin memperkenalkan Pancasila yang selama ini menjadi dasar negara Indonesia. "Di pondok pesantren inilah, NU pertama kali mengakui Pancasila sebagai dasar negara. Ketika itu di pesantren ini digelar Muktamar NU pada tahun 1984," kata Hasyim.

Sementara itu, Pengasuh ponpes Salafiyah Syafiiyah, KHR Ahmad Azaim Ibrahimy berharap pesan perdamaian dari konferensi internasional ini didengar oleh masyarakat dunia. "Semoga hasil konferensi ini menjadi pesan perdamaian yang sampai ke seluruh penjuru dunia," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement