Selasa 01 Apr 2014 18:13 WIB

Ternyata, NSA Juga Mata-matai Pimpinan Turki

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Julkifli Marbun
Badan Keamanan Nasional AS (NSA).
Foto: Cnet
Badan Keamanan Nasional AS (NSA).

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Badan Keamanan Nasional AS (NSA) ternyata juga memonitor komunikasi para pemimpin Turki, seperti halnya puluhan pimpinan dunia lainnya. Hal tersebut terungkap dalam sebuah buku yang baru saja diluncurkan di Jerman, ‘Der NSA Komplex’.

Buku yang dirilis pada Senin (31/3) kemarin itu disusun oleh dua orang wartawan Der Spiegel, yakni Marcel Rosenbach dan Holger Stark. “Isinya mencakup sejumlah rincian dokumen NSA yang dibocorkan Edward Snowden kepada mingguan Jerman tersebut,” tulis World Bulletin melaporkan, Selasa (1/4).

Menurut buku itu, sebuah dokumen berjudul ‘National Intelligence Prioritas Framework’ menyebut AS sengaja memata-matai para pemimpin sekutu maupun musuhnya. Tujuan Paman Sam melakukan itu adalah untuk mendapatkan informasi seputar rencana mereka, termasuk di antaranya tujuan kebijakan luar negeri, serta situasi keuangan dan ekonomi di negara yang bersangkutan.

NSA bahkan telah mengelompokkan negara-negara yang dijadikan sebagai target itu ke dalam peringkat yang berbeda, sesuai dengan ‘kepentingan nasional AS’ dan prioritas intelijen Presiden Barack Obama.

Kelompok negara yang masuk dalam daftar peringkat 1 (satu) diidentifikasi sebagai prioritas utama Presiden AS untuk dijadikan sebagai target mata-mata NSA. Di antaranya adalah Iran, Rusia, Cina, dan Pakistan.

Sementara, dokumen lain berjudul ‘Prioritas Intelijen Tinggi dari Presiden AS’ tertanggal 9 April 2013 yang juga dibahas dalam buku ini, memasukkan informasi tentang kepemimpinan politik dari sekutu dekat AS seperti Turki dan Israel.

Buku ini juga mengungkapkan, NSA memantau komunikasi 33 kedutaan dan misi diplomatik yang ada di wilayah AS, termasuk Kantor Uni Eropa di New York dan Washington, Kantor Kedutaan Turki, Yunani, Prancis, dan Italia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement