Rabu 02 Apr 2014 19:40 WIB

Gedung Putih: Belum Ada Rencana Membaskan Mata-mata Israel

ilustrasi Mata mata
ilustrasi Mata mata

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Gedung Putih, Selasa (1/4), mengatakan Presiden AS Barack Obama belum membuat keputusan untuk membebaskan Jonathan Pollard, tersangka mata-mata Israel-Amerika, tindakan yang menjadi bagian dari upaya untuk menyelamatkan pembicaraan perdamaian Palestina-Israel.

"Apa yang akan saya katakan kepada anda ialah Presiden belum membuat keputusan untuk membebaskan Jonathan Pollard," kata Juru Bicara Gedung Putih Jay Carney dalam taklimat harian. Sementara itu Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengakhiri kunjungan singkat ke Jerusalem untuk berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Ketua Perunding Palestina Saeb Erekat.

Israel menawarkan untuk membebaskan 400 lebih tahanan Palestina termasuk tahanan Arab-Israel dan "membekukan tender pemerintah untuk membangun rumah di permukiman Yahudi" sebagai imbalan bagi pembebasan Pollard, mantan pengulas intelijen sipil bagi Angkatan Laut AS yang telah dipenjarakan sejak 1987 karena menjadi mata-mata buat Israel.

Israel telah melakukan lobi selama bertahun-tahun bagi pembebasan Pollard dan memberi dia kewarganegaraan Israel pada 1995. "Jonathan Pollard dihukum karena kegiatan mata-mata dan ia sedang menjalani hukumannya," kata Carney, sebagaimana dikutip Xinhua, Rabu petang. "Saya tak memiliki perubahan lain apa pun untuk saya berikan kepada anda mengenai status Pollard."

"Tentu saja, ada banyak kejadian di bidang itu dan, anda tahu, saya takkan memasuki pembahasan yang sedang berlangsung," ia menambahkan.

Sebagian anggota parlemen AS, di antara mereka terdapat ketua Komite Intelijen di Majelis Permusyawaratan Rakyat dan Senat, Selasa, menyampaikan penentangan bagi pembebasan Pollard.

Pembicaraan perdamaian Palestina-Israel, yang dimulai kembali pada akhir Juli tahun lalu, berada di ambang keambrukan sebab Israel telah menolak untuk membebaskan kelompok terakhir 26 tahanan sebagaimana disepakati berdasarkan persetujuan dengan Palestina untuk melanjutkan pembicaraan tersebut.

Amerika Serikat memusatkan upayanya pada perpanjangan pembicaraan itu sampai lewat tenggat 29 April, hingga akhir tahun ini, sedangkan Palestina telah mengancam akan menghentikan perundingan kecuali Israel membebaskan tahanan.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Selasa, mengatakan ia akan menandatangani permintaan untuk bergabung dengan 15 badan PBB dan kesepakatan internasional sebagai tanggapan atas penundaan Israel membebaskan kelompok terakhir tahanan Palestina.

Abbas mengeluarkan pernyataan tersebut selama pertemuannya dengan anggota pimpinan Palestina di Kota Ramallah, Tepi Barat Sungai Jordan. Ia menandatangani satu kesepakatan selama pidatonya yang ditayangkan televisi.

Keputusan Abbas itu diambil setelah Amerika Serikat gagal meyakinkan Israel agar membebaskan sisa 25 tahanan Palestina dari beberapa penjara Israel.

Dengan menandatangani kesepakatan internasional, terutama Konvensi Jenewa Keempat, Palestina dapat mengajukan keluhan dan tuntutan hukum terhadap pelanggaran hak asasi manusia oleh Israel dan kegiatan permukiman.

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement