REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Madelaine Scott telah menghabiskan separuh masa hidupnya beternak telur organik dan menjual telur-telur itu ke pelanggan. Bisnis telur ini ia jalankan dari areal peternakan seluas 440 hektare milik keluarganya di utara Melbourne.
Walau telah meghabiskan separuh hidupnya mengurusi ayam petelur, Madelaine bukanlah perempuan paruh baya, ia baru berumur 19 tahun.
Gadis berambut gelap ini pertama kali terjun ke bisnis telur organik pada umur 8 tahun.
Kini, ia tengah melakukan ekspansi bisnis dengan mencari dana melalui media ‘crowd sourcing’ atau promosi online yang ditujukan pada komunitas-komunitas pengusaha telur agar dapat berbisnis bersama .
Madelaine mengaku kelelahan mengurusi pembersihan telur, yang memakan waktu 4 jam lebih tiap harinya, agar ia dapat memenuhi permintaan klien.
“Saya menerima pesanan 700 lusin telur tiap minggunya tapi saya hanya sanggup memproduksi 250 lusin per minggu, dan saya tidak sanggup menangani pengepakan telur sebanyak itu.”
Hari-hari gadis remaja ini dihabiskan dengan membersihkan dan mengepak telur, ditambah dua atau 3 jam memberi makan serta mengurus ayam ternaknya.
“Hari kamis, saya bahkan menghabiskan 8 jam berkeliling kota Melbourne, mengirim telur ke kafe, restoran dan toko makanan sehat.”
Ia berencana menggalang dana sebesar 60 ribu dolar melalui media online yang menghubungkannya dengan komunitas-komunitas pebisnis telur atau ‘crowd sourcing’, agar mesin pembersih telur bisa terbeli sekaligus agar kampanye peternakan sehat bisa semakin terdengar sehingga komunitas organik bertambah luas.
“Dengan aturan yang lebih ketat tentang produksi telur, memiliki mesin pembersih telur adalah keharusan. Dan saya harap mesin ini bisa membantu produsen telur skala kecil lainnya untuk membersihkan dan mengepak produk mereka di peternakan kami,” celotehnya, belum lama ini.