REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koalisi Frekuensi Milik Publik Remotivi menilai media menjadi ajang pencitraan bagi para pemiliknya yang aktif di dunia politik. Apalagi, pemiliknya yang ikut menjadi peserta pemilu pada pemilihan presiden 2014.
Kordinator Divisi Penelitian Remotivi Muhammad Heychael mengatakan, televisi milik Hary Tanoesoedibjo, Partai Hanura merupakan partai dengan porsi pemberitaan tertinggi, yaitu sebesar 44.4 persen Dan 100 persen berita positif yang ada di RCTI adalah berita mengenai Hanura.
"RCTI juga menjadi ruang bagi iklan politik pasangan Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo, yang frekuensinya mencapai 66 kali dan durasi 2.605 detik," katanya di Gedung Badan Pengawasan Pemilu (Bawaslu), Jakarta, Minggu (6/4).
Muhamad menambahkan, angka ini masih ditambah lagi dengan kemunculan Wiranto dan Hari Tanoesoedibjo baik secara langsung maupun dalam bentuk atribut berupa slogan kampanye di program non-berita, Kuis Kebangsaan, yang dalam satu minggu tayang 14 kali.
"Jumlah ini adalah yang tertinggi untuk kemunculan tokoh politik pada program non-berita di 6 stasiun televisi," ujarnya.
Serangkaian temuan ini kata Muhammad Heychael, menguatkan dugaan bahwa menjelang pemilihan umum, televisi yang pemiliknya terafiliasi langsung dengan partai politik terindikasi menjadikan medianya sebagai kepanjangan kepentingan politik.
"Oleh karena itu, publik wajib waspada pada berbagai informasi yang disampaikan oleh media yang pemiliknya aktif di partai," katanya.