REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat, Barack Obama mendesak rekan sekaligus lawannya Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menghentikan gerakan di Ukraina bagian timur, Selasa (15/4). Obama menghubungi Putin dan memintanya menggunakan kekuasaannya untuk meredakan ketegangan di sana. Aktivis pro-Rusia dilaporkan menginvasi bangunan-bangunan di kota bagian timur Ukraina.
Dilansir BBC, Gedung putih mengeluarkan pernyataan bahwa pembicaraan antara dua pemimpin itu dilakukan atas permintaan Rusia. ‘’Presiden (Obama) menyatakan keprihatinannya karena pemerintah Rusia mendukung tindakan bersenjata untuk separatis pro-Rusia menyerang Ukraina timur,’’ tulis pernyataan tersebut.
Obama menekankan semua pihak untuk meletakan senjata. Presiden Obama meminta Putin untuk menggunakan kekuatannya dalam meyakinkan para separatis tersebut. Obama meminta kelompok-kelompok tersebut meninggalkan area bangunan yang mereka sita.
Dalam pernyataan tersebut juga disebutkan ancaman sanksi yang lebih luas jika invasi timur Ukraina tetap dilakukan. Menteri luar negeri Uni Eropa mengatakan pada Senin mereka akan memperpanjang daftar nama target yang akan mendapat sanksi dari pejabat Rusia.
Dikutip dari The Guardian, Juru Bicara Sekretariat negara AS, Jen Psaki mengatakan AS telah mempersiapkan sanksi selanjutnya yang akan menimpa individu dan kelompok dalam bidang layanan keuangan, energi, logam, pertambangan, teknik dan sektor pertahanan.
Kremlin menjawab pernyataan Gedung putih juga dengan pernyataan. Mereka menyatakan tindakan di timur Ukraina adalah hasil dari ketidakmampuan dan ketidakmauan kepemimpinan Kiev untuk menurunkan ketertarikan Ukraina atas Rusia.
Pernyataan itu mengatakan, Putin mendesak Obama menggunakan segala daya upaya yang dimiliki pihaknya untuk mencegah pertumpahan darah. Kremlin menolak tuduhan bahwa Rusia ikut campur urusan Ukraina. Mereka mengatakan tuduhan itu tidak berdasar.
Sementara itu ribuan pasukan Rusia dilaporkan terjun ke perbatasan Rusia dan Ukraina bagian timur. Kiev khawatir hal itu bisa memicu invasi. Presiden sementara Ukraina Olexander Turchynov mengatakan pada Senin, gerakan anti teroris akan diluncurkan untuk melawan orang-orang bersenjata yang menyita gedung pemerintahan. Operasi ini dilakukan dalam jangka waktu yang tak ditentukan, selama diperlukan.
Pasukan pro-Rusia telah membajak bangunan-bangunan di sekitar 10 kota wilayah timur provinsi. Wilayah tersebut didominasi oleh industri Ukraina. Mereka meminta melakukan referendum terhadap sistem otonomi yang lebih baik atau bergabung dengan federasi Rusia, sama seperti yang dilakukan Crimea bulan lalu.