REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Bupati Sleman Sri Purnomo kembali meminta warga yang masih mendiami Kawasan Rawan Bencana (KRB) III Gunung Merapi mau direlokasi ke hunian tetap (huntap). Permintaan tersebut menyusul aktivitas Gunung Merapi yang meningkat sewaktu-waktu.
"Harapan saya, warga di KRB III berpikir ulang untuk nanti bisa pindah, " ujarnya di Sleman, Senin (21/4).
Gunung Merapi kembali mengeluarkan material vulkanik pada Ahad (20/4) pagi. Hujan abu vulkanik yang disertai lava pijar sempat membuat masyarakat di lereng Merapi panik. Namun, status Gunung Merapi masih ditetapkan normal.
Pemerintah Kabupaten Sleman, kata Sri, tidak dapat memaksa warga untuk pindah. Karena kondisi tersebut, warga diminta tidak lengah dengan kondisi Merapi. "Kami hanya bisa mengimbau warga di daerah KRB, mau tidak mau harus ekstra hati-hati memperhatikan aktivitas Merapi dari waktu ke waktu," ujarnya.
Dengan aktivitas Merapi yang bisa meningkat sewaktu-waktu tersebut, Pemkab Sleman tidak meningkatkan pengawasan truk yang mengangkut barang tambang pasir dan batu di jalur evakuasi.
Sri justru meminta masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam melarang truk tambang lewat jalur evakuasi. "Pemerintah tidak bisa menunggu 24 jam, yang ada di situ masyarakat, sehingga masyarakat yang ingatkan truk," ujarnya.
Larangan truk tambang melewati jalur evakuasi dinilai tidak akan efektif tanpa partisipasi masyarakat tersebut. Sri Purnomo mengaku truk tambang sudah dibuatkan jalur khusus dan rambu larangan telah dipasang di beberapa tempat. "Kalau bukan jalur tambang, ya jangan lewat, masyarakat yang melihat harus ingatkan," tegasnya.
Wilayah Sleman yang masuk KRB III seluas 4.672 hektar, meliputi Kecamatan Turi, Pakem, Cangkringan, dan Ngemplak. Kepala Bidang Kesiapsiagaan dan Pencegahan BPBD Sleman, Heru Saptono mengungkapkan tahun ini 46 Kepala Keluarga (KK) dari Dusun Panguksari, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan bersedia untuk direlokasi di Huntap Plosokerep. "Tahun ini huntap Plosokerep di Umbulharjo bisa ditinggali," ungkapnya.
Meski demikian, masih ada 607 KK di Glagaharjo yang belum mau direlokasi. Warga tersebut berada di di Dusun Srunen 140 KK, Kalitengah Lor 257 KK, dan Kalitengah Kidul 210 KK. Selama ini, warga hanya mengungsi sementara ketika aktivitas Merapi meningkat.