Rabu 23 Apr 2014 09:45 WIB

Ssttt, Ini Kisah Penyelam Tim SAR Feri Sewol yang Tenggelam

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Bilal Ramadhan
Keluarga korban kapal Sewol yang tenggelam di Laut Jindo sesaat sebelum melakukan long march ke istana presiden untuk memprotes tim penyelamat pemerintah yang dinilai lamban dalam mengevakuasi korban, Ahad (20/4).
Foto: AP Photo/Ahn Young-joon
Keluarga korban kapal Sewol yang tenggelam di Laut Jindo sesaat sebelum melakukan long march ke istana presiden untuk memprotes tim penyelamat pemerintah yang dinilai lamban dalam mengevakuasi korban, Ahad (20/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JINDO-- Para penyelam sipil yang tergabung dalam operasi pencarian korban feri Sewol mengerahkan segala daya yang mereka miliki untuk menolong korban. Setiap kali menyelam, mereka mempertaruhkan juga hidup mereka di air keruh dengan jarak pandang rendah, melawan arus kencang dan memaksa mereka membekukan rasa takut.

''Air menjadi gelap setelah kedalaman 10 meter. Saya bisa mati jika saya panik,'' kata seorang penyelam sipil anggota International Scuba Education Association Choi Jin-ho kepada Korea Times, Selasa (22/4).

Setiap penyelam hanya turun sekali setiap hari. Waktu selam terlama yang tercatat pun hanya 20 menit. Untuk sekali selam, persiapan matang mutlak dibutukan untuk memastikan manuver dekompresi yang tepat.

Di Pelabuhan Paengmok, Senin (21/4), Choi terlihat lelah setelah 14 jam ikut dalam pencarian tim SAR. Choi menyatakan permohonan maaf mendalam kepada keluaraga kerabat korban karena belum mampu membawa kembali orang-orang yang mereka cintai.

Ia tetap berniat mengikuti operasi pencarian meski ia sadar kondisi perairan yang harus dihadapinya. ''Saya akan kembali turun menyelam dan berusaha membawa para korban ke permukaan,'' kata Choi.

Choi mengungkapkan yang ia tahu hanya sedikit informasi dari orang-orang yang mengatakan di lokasi kejadian berarus kuat dan keruh karena berlumpur. Ia juga mengungkapkan penyelam bisa terbawa arus dan kehilangan arah jika kedua tangan tidak memegang kuat tali pemandu yang menghubungkan bangkai kapal Sewol dengan kapal tim SAR.

''Penyelam biasa dengan silinder tunggal bisa bertahan di bawah air 15 hingga 25 menit. Dengan silinder ganda akan lebih bagus, bisa sampai 40 menit,'' kata Choi.

Ia mengatakan tak ada opsi lain untuk masuk ke dalam kapal selain memecahkan kaca kapal dan menggunakan silinder untuk masuk ke area dalam kapal. Belakangan, beberapa penyelam ahli dalam penyelaman perairan dalam dilengkapi alat pernafasan yang terhubung dengan penyuplai oksigen ekstrenal di permukaan yang dioperasikan tim SAR dari permukaan air.

Dengan cara ini, para penyelam ahli bisa bertahan di kedalaman 20 meter hingga 30 meter selama satu jam. Choi mengungkapkan para penyelam sipil juga menghadapi kondisi kurang laik di darat karena pemerintah belum menyediakan tempat bagi mereka.

Ia menuturkan para penyelam makan seadanya, nasi kepal dan kimchi, dan istirahat di tempat seadanya pula di dalam mobil karena tak ada kasur untuk beristirahat. ''Memikirkan kondisi sanak keluarga korban, saya masih bisa tahan dengan kondisi ini,'' kata Choi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement