REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Kepala Perum Bulog Sulawesi Tengah, Mar'uf mengatakan saat ini banyak pedagang dari luar yang datang khusus membeli beras produksi petani di daerah ini.
"Paling banyak pedagang membeli beras di Sulteng dari Sulawesi Utara (Sulut)," katanya di Palu, Rabu.
Ia mengatakan di beberapa sentra produksi terutama di Kabupaten Banggai dan juga Parigi Moutong banyak pedagang dari Sulut yang datang membeli beras untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Sulteng.
Para pedagang dari Sulut, kata Mar'uf membeli beras petani lebih tinggi dari pembelian Bulog. Akibatnya mitra Bulog yang ada di Sulteng kalah bersaing dengan pedagang dari luar.
Pedagang dari luar membeli beras petani dengan harga Rp7.200,00 per kilogram. Sementara Bulog Sulteng membeli beras petani lewat mitra (kelompok tani dan pengusaha gilingan padi) sesuai dengan standar harga yang ditetapkan pemerintah.
Standar harga pembelian pemerintah (HPP) beras ditetapkan sebesar Rp6.600,00 per kilogram. Selisih harga pembelian antara Bulog dengan pedagang luar dari Manado cukup tinggi.
"Bagaimana bisa bersaing dengan mereka selagi patokan harga pembelian dari pedagang luar jauh lebih tinggi," katanya.
Menurut dia, sangat mustahil jika mitra Bulog bisa membeli dengan harga seperti itu. "Kan tidak mungkin mitra Bulog mau memaksakan diri membeli di atas HPP," kata Mar'uf.
Di satu sisi tidak ada aturan yang melarang pedagang dari luar daerah datang membeli beras di tempat lain.
Banyaknya pedagang dari daerah tetangga itu membeli beras di Sulteng,kata Mar'uf karena adanya bencana alam banjir dan tanah longsor di Provinsi itu pada 2013.
Bencana alam yang memporakporandakan Kota Palu dan beberapa daerah di Provinsi "nyiur melambai" tersebut menyebabkan kebutuhan beras masyarakat setempat meningkat.
Di satu sisi selama ini, beras produksi petani Sulteng banyak diantarpulaukan ke provinsi itu.