REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Politisi Senior Golkar Yorrys Raweyai mengatakan evaluasi terhadap pencalonan Aburizal Bakrie (Ical) sebagai presiden dan perolehan hasil Pileg berdasarkan hitung cepat akan diselesaikan melalui mekanisme formal partai yang ada.
"Partai Golkar sejak Juni 2012 Juni, saat Aburizal Bakrie (Ical) jadi Capres melalui Rapimnas (Rapat Pimpinnan Nasional), memang ada pro dan kontra," kata .Yorrys di Jakarta, Rabu.
Kemudian, ia menambahkan hingga saat ini terjadi akumulasi kekecewaan sehingga kita harus mendorong mekanisme formal seperti Rapimnas untuk bisa menyampaikan di forum formal tentang perolehan hari ini berdasarkan hitung cepat.
"Jadi memang sebagai kader saya prihatin dengan kondisi sekarang," ujar Yorrys Raweyai usai diskusi 'Menebak Arah Angin Parpol Hadapi Pilpres 2014: Diantara Pesimis dan Realistis' di Jakarta, Rabu (23/4).
Menurut dia, saat ini Golkar diantara pesimis dan realistis. Target Rapimnas pada 2012 harus 30 persen pada Pileg 2014 karena melihat hasil pada 2004 dan 2009. Golkar harus bisa berkuasa di pemerintahan maupun parlemen.
"Tapi dengan dinamika internal Golkar yang terjadi saat ini maka harus ada perbaikan dan kita desak itu dan pada Januari lalu kami. Koordinasi dengan melakukan rakernas badan pemenangan pemilu (Bappilu) dan kita melakukan survei di 77 dapil dengan libatkan empat lembaga survei dan itu memberikan hasil yang menggembirakan tetapi skeptis terhadap hasil itu karena 27 persen dengan perolehan 251 kursi," kata dia.
Ternyata, lanjutnya, parameter yang dipakai dalam menentukan hasil ini berbeda antara usaha dengan politik. Karena itu secara politik ternyata tidak nyambung karena pada 2009 itu sekitar 160 kursi parlemen. "Tetapi saya masih bersyukur Golkar dengan kedewasaannya mampu mengatasi perselisihan dengan manajemen konflik yang baik," kata dia.
Terkait capres dan cawapres, ia enggan berkomentar atas hal tersebut pernah berbicara beberapa waktu lalu, bahwa ARB mendeklarasikan capres pada 2,5 tahun lalu seharusnya bisa meningkatkan elektabilitas Golkar dan dirinya sendiri.
"Tapi ternyata melihat dengan kondisi sekarang ternyata elektabilitas Golkar tidak linear dengan ARB. Karena itu kami sedang melakukan konsolidasi internal agar Golkar melakukan perubahan dengan masa depan yang lebih baik," ujar dia.
Sebelumnya, pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) Boni Hargens mengatakan Ical tidak menjual dalam Pilpres mendatang sehingga menyebabkan posisi tawar Golkar akan merosot.