Rabu 23 Apr 2014 16:20 WIB

SBY: 'Ojo Lali Lho Yo, Tuku Lho Yo'

Rep: Esthi Maharani/ Red: Mansyur Faqih
  Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kiri) didampingi Wapres Boediono (kanan) menghadiri peresmian Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Sentul di Desa Sukahati, Citereup, Kabupaten Bogor, Senin (7/4). (Antara/Andika Wahyu)
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kiri) didampingi Wapres Boediono (kanan) menghadiri peresmian Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Sentul di Desa Sukahati, Citereup, Kabupaten Bogor, Senin (7/4). (Antara/Andika Wahyu)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memberikan pesan khusus kepada para pengunjung pameran The Jakarta International Handicraft Trade Fair (Inacraft) ke-16. Ia meminta agar para pengunjung tidak lupa membeli kerajinan tangan buatan para pengrajin Indonesia. 

"Saya sampaikan dalam dua bahasa. Pertama, bahasa Jawa, Jawa Tengah yaitu ojo lali lho yo, tuku lho yo (jangan lupa ya, beli ya). Dalam bahasa Inggris, ini sahabat-sahabat saya dari luar negeri, you have the liberty to choose and buy our products (Anda punya kebebasan untuk memilih dan membeli produk kami)," katanya yang disambut tawa dan tepuk tangan, Rabu (23/4). 

Ia mengatakan industri kreatif terbukti telah memberikan kontribusi yang besar dalam ekonomi nasional. Karenanya, pasar industri kreatif termasuk kerajinan tangan tak hanya melulu berorientasi luar negeri. Justru di dalam negeri potensi itu sangatlah besar. 

Pasar domestik terhadap barang dan jasa semakin meningkat. Ia pun menyakini potensi industri kreatif seperti kerajinan tangan di masa depan akan cerah. Di dalam negeri saja, pendapatan per kapita dari sektor tersebut terus meningkat. 

Hal ini akan semakin terdongkrak dengan berkembangnya kelas konsumsi di Tanah Air yang juga ikut meningkat. "Pasar domestik dan luar negeri punya prospek yang baik. Jangan hanya berorientasi pasar global tapi perhatikan juga kebutuhan dalam negeri," katanya. 

Menurutnya, untuk memasarkan produk di dalam negeri harus dipahami cita rasa masyarakatnya. Karena cita rasanya belum tentu sama dengan masyarakat di luar negeri. Begitu pula dengan harganya. 

Ia beranggapan harga produk kerajinan menjadi kunci utama untuk pemasaran di dalam negeri. "Jual dengan harga yang baik. Dengan begitu kesejahteraan pengrajin bisa meningkat. Jangan juga jual semurah-murahnya, nanti pengrajinnya dapat apa? Harga itu harus baik, jualan dengan harga pas sehingga semuanya happy," katanya. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement