REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai inisiator, Direktur Utama PT Graha Banten Lampung Sejahtera Agung R. Prabowo mengungkapkan ada tiga tantangan terbesar dalam pembangunan proyek Jembatan Selat Sunda (JSS).
Pertama masalah alam. Menghubungkan dua pulau dengan jarak yang panjang memang bukan hal yang mudah. Apalagi permasalahan alam bukan hanya sekadar yang ada di lautan lepas. Tapi juga kondisi geografis disekitar wilayah pembangunan.
"Ada gunung Krakatau, gempa yang harus dipecahkan dengan teknologi. Kita yakin itu bisa," ujarnya ditemui di Jakarta, Selasa (29/4).
Dalam 13 bulan sekali, lanjutnya, anak gunung Krakatau akan melalukan pelepasan energi berupa erupsi. Namun pihaknya memastikan JSS akan memasang teknologi tercanggih untuk memperkecil kemungkinan terkena dampaknya.
"Justru kita takut kalau dia (anak gunung krakatau) diam. Kemungkinan meletus besar itu kecil," tambahnya.
Selain alam, tantangan terbesar lainnya adalah soal finansial. Tak bisa dipungkiri pembangunan mega proyek ini menyedot dana yang tak sedikit. Meski Agung sendiri belum bisa mengungkapkan berapa investasi yang digelontorkan.
Agung melihat masalah pendanaan dilihat bukan hanya dari perhitungan dari studi kelayakan. Tapi juga bagaimana hasil studi ini bisa terima oleh bank sebagai salah satu sumber pendanaan (bankable).
"Studi financing-nya begini, pendanaannya gimana, itu akan diuji ke market. Tugas kita bagaimana menyampaikan ke lembaga pembiayaan," ujar Agung.
Dan terakhir adalah masalah kelembagaan. Yakni berupa aturan-aturan pemerintah yang menyatakan dukungan terhadap pembangunan. "Kelembagaannya harus jelas. Semua pihak harus fokus kalau nggak fokus sulit terbangun," katanya.
Meski begitu, Agung meyakinkan semua tantangan ini sudah masuk dalam daftar pra feasibility studi (studi kelayakan) yang sudah dijalankan sejak 2004 lalu. "Itu semua masuk dalam pra feasibility studi kami," tandasnya.