REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Amerika Serikat saat ini melakukan pengawasan sangat ketat terhadap Korea Utara (Korut) terkait dimulainya latihan artileri didekat sengketa wilayah perbatasan laut barat dengan Korea Selatan (Korsel).
“AS juga terus mendesak Pyongyang untuk menahan diri dari tindakan-tindakan yang bisa meningkatkan ketegangan,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri, Jen Psaki, Rabu (30/4).
Seperti dilansir dari Voa News, seorang anggota Pentagon mengatakan, Pyongyang seharusnya mengkhawatirkan tentang nasib orang-orang miskin yang lokasinya berdekatan dengan perbatasan.
Respon yang dilakukan AS ini muncul setelah Korut pada Selasa (29/4) menembakkan 50 artileri meskipun tidak ada yang mendarat di wilayah Korsel.
Tetapi sebelumnya, Korut mengadakan latihan serupa bulan lalu. Beberapa artileri mendarat di perairan Korsel. Tak lama kemudian Korsel membalas dengan beberapa tembakan api yang melintasi perbatasan Korut.
Walaupun Korut menganggap latihan seperti ini adalah hal yang biasa, namun ketika sebuah negara sedang bersitegang dengan negara tetangga. Hal itu justru bisa dianggap sebuah tantangan berperang.
Sejumlah pihak menganggap, ketegangan yang terjadi, lebih meningkat dari biasanya karena tersiar kabar bahwa Pyongyang mungkin sedang mempersiapkan untuk melakukan uji coba nuklir yang keempat.
Selama kunjungan ke Seoul pekan lalu, Presiden AS Barack Obama bahkan memperingatkan Korut, jika akan ada uji coba nuklir lagi, maka Korut terancam diisolasi dari pergaulan internasional.
Sebelumnya Korut telah melakukan uji coba nuklir pada tahun 2006, 2009, dan 2013 yang melanggar rumusan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).