Rabu 30 Apr 2014 19:24 WIB

Merapi Waspada, Warga Boyolali Tetap Beraktivitas Biasa

 Guguran lava pijar kawah Gunung Slamet terlihat dari kawasan wisata Baturraden, Banyumas, Jateng, Ahad (27/4) malam.
Foto: Antara/Idhad Zakaria
Guguran lava pijar kawah Gunung Slamet terlihat dari kawasan wisata Baturraden, Banyumas, Jateng, Ahad (27/4) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, BOYOLALI -- Sejumlah warga di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, tetap melakukan aktivitas seperti biasa bekerja di ladangnya masing-masing meskipun status Gunung Merapi dinaikkan menjadi waspada.

Tumar (42) salah satu tokoh masyarakat di Desa Jrakah Selo Boyolali, Rabu (30/4), mengatakan, warga lereng Merapi khususnya di Desa Jrakah sejak Rabu pagi hingga sore hari masih melakukan aktivitas seperti biasa, mereka tetap pergi bekerja di ladang masing-masing.

"Warga Jrakah mayoritas bekerja sebagai petani tetap melakukan aktivitas seperti biasa. Bahkan, warga banyak yang belum mengetahui status Merapi dinaikkan menjadi waspada," katanya.

Tumar menjelaskan, dirinya juga merasakan dan mendengar suara gemuruh dari puncak Merapi sebelum statusnya dinaikkan menjadi waspada.

Menurut dia, warga lereng Merapi merasakan gempa tektonik dan mendengarkan suara gemuruh dari puncak Merapi sudah sering terjadi sehingga mereka masih melakukan aktivitas ke ladang.

Suladi (50), warga Dukuh Sepi, Jrakah, mengatakan, dirinya belum mengetahui jika status Merapi dinaikkan menjadi waspada dan dirinya tetap mencari rumput untuk pakan ternak seperti biasanya.

"Saya tidak tahu adanya peningkatan status menjadi waspada," kata Suladi saat mencari rumput gajah di ladang.

Suladi mengaku memang beberapa hari ini sering mendengar suara gemuruh dari puncak Merapi dan disertai adanya gempa. Tetapi, warga banyak yang tidak melihat kondisi puncak karena tertutup kabut tebal.

Menurut Tumi (40), warga Dukuh Tritis, Lencoh, Selo, keluarganya juga belum megetahui jika status Merapi meningkat sehingga tidak mempengaruhi aktivitas mereka.

"Saya juga mendengar suara gemuruh dari puncak Merapi sekitar 15 menit lamanya. Namun, saya tidak melihat adanya percikan api dari puncak," kata Tumi seorang petani sayuran.

Menurut dia, keluarganya dan warga lainnya akan mengungsi jika sudah ada perintah dari pemerintah daerah seperti kejadian meletusnya Gunung Merapi pada 2010.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement