Kamis 08 May 2014 14:46 WIB

Program Sarjana Mendidik Diharapkan Terus Berlanjut

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Hazliansyah
Seorang guru sedang mengajar para siswa. (ilustrasi)
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Seorang guru sedang mengajar para siswa. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SORONG -- Rafika, salah seorang sarjana mendidik di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (SM-3T) mengatakan, mengajar di Sorong banyak suka dan dukanya.

"Anak-anak di Papua mengira kalau Indonesia hanya Papua saja. Saya bilang pada mereka, 'Nak, Indonesia itu bukan hanya Papua saja, tapi dari Sabang sampai Merauke'," kata Rafika saat menceritakan kisahnya mengajar di Sorong, Kamis, (8/5).

Lalu, ujar Rafika, ia juga memberitahu kepada murid-muridnya kalau presiden Indonesia termasuk Papua, adalah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

"Mereka pun bertanya 'Kalau Presiden Makassar siapa Bu? Lalu saya jawab Presiden Makassar juga Bapak SBY, karena Makassar dan Papua itu termasuk wilayah NKRI," ujarnya.

Rafika mengaku sering terharu, sebab anak-anak didiknya selalu merasa takut kalau dia pergi ke kota. "Mereka selalu bilang, 'Ibu jangan lama-lama ya kalau pergi ke kota," katanya.

Wanita berkerudung itu juga berharap agar program sarjana mendidik di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (SM-3T) terus dilanjutkan.

"Anak-anak ini membutuhkan bimbingan dan pendidikan, makanya kami berharap pemerintah terus melanjutkan program ini," katanya.

Sementara itu, salah seorang siswa SD Stefani mengatakan, ia senang diajar menyanyi dan belajar.

"Saya juga selalu disuruh oleh bapak dan mamak untuk terus belajar. Bapak dan mamak bekerja sebagai petani, namun saya ingin menjadi suster," kata Stefani.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement