Oleh: Ustaz Erick Yusuf*
Bismillahirrahmanirrahim,
Naudzubillahi min dzalik, kali ini bahasan kita mesti dimulai dengan doa tersebut. Ya betapa tidak, mengerikan sekali apa yang tengah terjadi di sekitar kita.
Media menyebutkan masih banyak predator-predator semacam kasus Jakarta International School (JIS) & Emon Sukabumi yang berkeliaran di sekitar kita. Kemarin tertangkap pedagang asongan buku dan poster di Tuban, Jawa Timur terkait kasus kekerasan seksual pada sembilan anak.
Perilaku tersebut menjadi ancaman bagi negeri ini, ia menyebar mungkin bisa lebih cepat dari virus jika tidak ditangani serius. Menurut pakar perilaku gay dapat menular kepada orang lain. Dengan kata lain, orang yang tadinya tidak gay dapat menjadi gay jika terus berinteraksi atau berada di dalam komunitas gay.
Makin meningkatnya homoseksual tentu berkorelasi dengan makin banyaknya kasus sodomi terhadap anak-anak yang terungkap akhir-akhir ini, sebab korban pada saat kecil, ketika tumbuh dewasa bisa berkembang menjadi pelaku.
Itulah yang disebut “abused abuser cycle” seperti terjadi pada Zainal, salah satu tersangka pelaku pedofilia di JIS, dan Emon predator pedofil dengan korban 110 anak dari Sukabumi.
Mereka disodomi saat kecil dan ketika dewasa menjadi predator menyodomi anak kecil. Hal ini sangat berbahaya sebab dampaknya melebar hingga pada tersebarnya penyakit-penyakit seperti HIV AIDS juga.
Teringat kasus pada zaman Nabi Luth AS. Beliau diutus kepada kaum Sodom yang biasa melakukan liwath (aktivitas seksual antara laki-laki dengan laki-laki atau perempuan dengan sesama perempuan).
Nabi Luth diperintahkan untuk mendakwahi dan amar ma’ruf nahi munkar kepada mereka. Sebagaimana ayat: “Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada kaumnya: ’Mengapa kamu mengerjakan perbuatan fahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelummu?’ Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas. Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: ’Usirlah mereka (Luth dan pengikut-pengikutnya) dari kotamu ini; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri.’ Kemudian Kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali istrinya; dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan).” (QS al-A’raf: 80-83).
Keburukan paling besar dan tiada taranya dari kaum Nabi Luth AS setelah kemusyrikan adalah sodomi. Nah bagaimana dengan kita? Jelas kemusyrikan telah nampak dimana-mana, apalagi ditambah dengan perilaku-perilaku yang menantang langit.
Seakan-akan kita mampu menahan azab yang akan datang. Jangan heran jika karena kitalah yang mengundang azab dan menantang langit, walhasil musibah dimana-mana, penyakit tersebar kepelosok negeri, belum dampak ketakutan, kegelisahan dan sebagainya.
Naudzubillahi min dzalik. Sebagaimana ayat, “Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi.” (QS Hud: 82).
Karenanya, yuk kita imbau semua berjamaah, media-media untuk menekan aktivitas atau mengurangi expose terhadap perilaku gay atau perilaku yang dapat menyimpang tersebut. karena yang tadinya main-main, atau hanya gaul biasa menjadi luar biasa dan di luar batas.
Buat program cegah dan tangkal untuk Sodom, pedofil dan sebagainya. Ayo, pemerintah dan yang diperintah, yang membaca dan yang menulis ayo semua kita dakwahkan, kita beri penyuluhan, atau apa pun yang bisa kita lakukan. Yang punya uang sumbangkan uangnya untuk program ini, yang punya ilmu, tenaga, apapun ayo sumbangkan, setidaknya kita punya doa, mari berdoa.
Dengan spirit berjamaah dan tobat nasional, insya Allah, Allah akan ridha dengan menahan azab dan bahkan menggantinya dengan rahmat. Sebagaimana ayat, “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri tersebut beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS al-A’raf: 96).
Tidaklah lebih baik dari yang berbicara ataupun yang mendengarkan, karena yang lebih baik di sisi Allah adalah yang mengamalkannya.
*Pimpinan lembaga dakwah iHAQi, penulis buku 99 Celoteh Kang Erickyusuf.