REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Jaringan Antar-Iman Indonesia (JAII) mengadakan konferensi nasional VI pada 19-23 Mei direncanakan dihadiri berbagai organisasi dari berbagai wilayah di Indonesia yang bekerja pada isu hubungan antar-iman.
Konferensi kali ini merupakan pertemuan keenam setelah pertemuan Malino, Sulawesi Selatan (2002), Candi Dasa, Karangasem, Bali (2003), Banjar Baru, Kalimantan Selatan (2006), Yogyakarta (2008), dan Yogyakarta (2011), kata Koordinator Jaringan Antar-Iman Indonesia Elga Sarapung, dalam siaran pers yang diterima Antara di Pontianak, Kamis.
Konferensi Nasional VI JAII, menurut dia, memilih Papua sebagai lokasi kegiatan dengan tujuan mendukung berbagai upaya agama-agama di Papua dalam rangka membangun Papua Tanah Damai. "Hal tersebut sesuai visi dan misi JAII, yaitu 'agama-agama untuk keadilan dan perdamaian'," katanya.
Tema konferensi yang digelar di Hotel Sentani Indah, Jayapura, Papua tersebut adalah Membangun, Merawat dan Memperkokoh Peradaban Luhur Bangsa dengan Dialog Transformatif.
Adapun subtemanya, Tantangan Konkret menuju Keadilan, Kebenaran, Kesetaraan, Perdamaian bagi Seluruh Rakyat-Suku Bangsa Indonesia.
Isu pokok yang dibahas dalam konferensi ada empat. Meliputi hubungan agama-agama dan keyakinan dengan negara: kasus-kasus kebebasan beragama dan berkeyakinan. Papua Tanah Damai, upaya agama-agama menciptakan Papua menjadi Tanah Damai. Pendidikan Karakter, membangun bangsa agar mampu menghadapi radikalisme beragama dan radikalisme keserakahan kekuasaan sosial, politik, ekonomi dan budaya.
Dan EKOSOB di Indonesia berupa respons atas perusakan alam/lingkungan dan budaya lokal.
Elga mengatakan, JAII akan mendorong dan mengawal hasil konferensi agar digunakan dalam upaya pemerintah dan masyarakat melakukan perubahan positif dan konkret bagi keberlanjutan kehidupan bangsa ini.
Karena seluruh proses konferensi nasional ini diorientasikan pada eksplorasi dan perumusan solusi-solusi mendasar yang memberi efek jangka panjang positif dan konstruktif bagi hubungan antariman di Indonesia. Kemudian memperluas dan memperkuat tanggung jawab JAII, serta memperkuat potensi JAII sebagai kekuatan bersama dari masyarakat, bersama masyarakat, untuk masyarakat, bangsa dan negara Indonesia.
Selain itu, Konferensi Nasional VI JAII juga akan diisi dengan pemberian penghargaan kepada kepala daerah yang dianggap mampu menjaga dan menciptakan toleransi umat beragama di wilayahnya sesuai dengan garis konstitusi bangsa ini.
Penghargaan itu diharapkan memberi motivasi bagi upaya-upaya menciptakan Indonesia yang damai dan tanpa kekerasan. Mengingat kekerasan atas nama agama sering kali muncul di Indonesia, dan dapat menginspirasi kepala daerah lainnya untuk menegakkan konstitusi dalam memfasilitasi perbedaan agama di wilayahnya.
Elga mengatakan, Konferensi Nasional VI JAII di Sentani, Jayapura, kali ini bisa terselenggara atas kerja sama Forum Konsultasi Para Pemimpin Agama (FKKPA) di Tanah Papua dengan Institut Dialog Antariman di Indonesia.