REPUBLIKA.CO.ID, SOMA -- Polisi anti huru hara menembakan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan ribuan pengunjuk rasa pada Jumat (16/5). Pengunjuk rasa melakukan protes pada pemilik tambang dan Pemerintahan Turki atas tragedi meledaknya tambang batu bara di Soma pada Selasa (13/5) lalu.
Pengunjuk rasa menyampaikan kemarahannya pada pemilik tambang yang dianggap tidak memperdulikan keselamatan dan keamanan pekerja. Pemilik tambang dianggap oleh pengunjuk rasa hanya memikirkan keuntungan hingga mengakibatkan lebih dari 300 pekerja tewas pada ledakan tersebut.
Selain itu, pengunjuk rasa juga kecewa dengan Pemerintahan Perdana Menteri Turki Tayyip Erdogan, yang dianggap tidak cepat menanggapi bencana besar yang telah terjadi di negaranya.
"Hentikan penyemprotan kami dengan air, pergi semprot tambang dan mungkin anda bisa memadamkan api," ujar salah satu pengunjuk rasa pada Jumat (16/5), seperti dikutip dari Reuters. Para pengunjuk rasa geram dengan para polisi yang berusaha menghalangi mereka menuju sebuah patung di pusat Kota Soma. Mereka berbaris menuju patung di kota tersebut untuk menghormati para penambang yang telah meninggal dunia akibat ledakan.
Jumlah korban tewas dalam tragedi ledakan tambang batu bara ini hingga Jumat (16/5) malam mencapai 292 orang. Kementerian Energi Turki menyatakan delapan mayat kembali ditemukan dan 10 orang lagi diyakini masih terperangkap. Namun, 10 orang yang masih terperangkap diperkirakan juga telah meninggal.
Turki telah mengalami satu dekade pertumbuhan ekonomi yang cepat dibawah pimpinan Perdana Menteri Tayyip Erdogan. Namun, pemerintahan Erdogan dianggap telah gagal menerapkan ketentuan standar keselamatan untuk para pekerja di negaranya. Ledakan dan kebakaran di tambang batu bara Soma adalah satu dari beberapa kecelakaan industri terburuk di dunia.
Selain itu, kemarahan publik pada Erdogan semakin menjadi akibat sikap arogan yang disebut-sebut telah dilakukannya. Erdogan dikatakan sempat menampar salah satu warga Soma yang mencemooh dirinya saat mengunjungi tambang batu bara beberapa hari yang lalu. Pria bernama Taner Kuruca mengaku kepada salah satu tv lokal jika Erdogan menampar dia dan setelah itu pengawal Perdana Menteri tersebut memukulinya.
Namun, Huseyin Celik, juru bicara Partai AK, partai yang dipimpin oleh Erdogan mengatakan tidak ada bukti visual jika Erdogan telah menampar salah satu warga. Penasehat Erdogan, Yalcin Akdogan juga mengatakan jika ada orang-orang tertentu yang memprovokasi kedatangan tim Perdana Menteri, yang saat itu akan mengunjungi keluarga korban ledakan tambang.